Negara (Antara Bali) - Paceklik ikan yang dialami nelayan di Kabupaten Jembrana sekitar 9 bulan terakhir, tampaknya mulai berakhir dengan adanya hasil tangkap meskipun belum banyak.

"Sudah sekitar satu minggu ini kami mulai mendapatkan ikan, meskipun belum banyak dan ikannya kecil-kecil," kata Maskurin, salah seorang nelayan di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kamis.

Madek, nelayan lainnya mengatakan, ikan yang diperoleh nelayan dengan melaut satu malam jenis tongkol, yang meskipun ukurannya tidak terlalu besar, harganya lumayan karena paceklik ikan terjadi hingga ke wilayah Pulau Jawa.

"Paceklik ikan juga dialami nelayan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sehingga saat ada nelayan sini yang dapat harganya mahal. Kalau disini pacekli di Banyuwangi tidak, harga kami pasti jatuh karena rata-rata ikan dikirim kesana," katanya.

Mulai adanya hasil tangkapan ini, membuat nelayan yang sebelumnya beralih profesi bekerja serabutan, mulai kembali ke laut, seperti yang dikatakan Andi.

Selama paceklik, anak muda ini beralih pekerjaan menjadi buruh membuat bata merah di Desa Baluk, yang hasilnya lebih sedikit dibandingkan saat musim ikan.

"Saya sudah dihubungi kawan-kawan lain untuk diajak melaut. Sekarang masih mencari hari dan cuaca yang baik, tapi yang jelas dalam beberapa hari ke depan saya akan kembali ke laut," katanya.

Meskipun ikan mulai ada, namun nelayan masih khawatir, hal itu tidak berlangsung lama, apalagi ikan jenis lemuru yang merupakan ikan khas di Selat Bali belum keluar.

Madek mengatakan, biasanya ikan lemuru sembunyi saat tongkol keluar karena takut dimangsa, yang dalam beberapakali siklus keluarnya ikan tongkol diikuti dengan paceklik panjang ikan lemuru.

"Tapi sering juga, begitu tongkol berkurang, ikan lemuru langsung keluar. Mudah-mudahan tidak paceklik lagi, sudah terlalu lama kami hidup susah karena tidak ada ikan," katanya.

Pantauan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan, sentra berlabuhnya perahu selerek yang merupakan jenis perahu dominan di Kabupaten Jembrana, suasana yang biasanya sepi mulai semarak.

Meskipun belum kembali normal, seperti lalu lalang truk pengangkut ikan ke pabrik belum banyak terlihat, namun gairah warga yang menggantungkan hidupnya dari hasil tangkap laut mulai terlihat.

Alunan berbagai musik khususnya dangdut dari sound sistem perahu, yang selama beberapa bulan terakhir sepi, terdengar keras memenuhi areal pelabuhan tersebut.

Saat musim ikan, selain nelayan yang bekerja mencari dan menangkap ikan di laut, di darat juga ada ribuan tenaga kerja lainnya mulai dari buruh khusus mengangkut ikan dari perahu ke penimbangan, pedagang ikan atau yang di daerah setempat dikenal dengan istilah blantik ikan, hingga warga yang memungut ikan yang jatuh saat diangkut atau dikenal dengan istilah ngujur.

Selain yang di pelabuhan, buruh pabrik pengolahan ikan dengan status tidak tetap, juga bisa bekerja, karena saat tidak ada ikan, mereka yang rata-rata bekerja dengan sistem borongan ini harus libur.(GBI)

Pewarta: Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Gembong Ismadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017