Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah sampah "Ogoh-ogoh" atau boneka raksasa berwujud menyeramkan yang telah digunakan pada malam "Pangerupukan" dan perayaan Hari Suci Nyepi masih banyak berserakan di jalanan desa dan sepanjang "bypass" Ida Bagus Mantra.

Bendesa (Ketua Adat) Pakraman Nongan, Kabupaten Karangasem, Gusti Ngurah Wiryanata, di Karangasem, Bali, Rabu, mengatakan sampah bekas "Ogoh-ogoh" yang digunakan pada malam "Pangerupukan" memang masih ada beberapa yang tersisa.

"Kemungkinan, para sekaa teruna (kelompok pemuda) yang mengusung sudah kelelahan, sehingga belum semuanya dibakar. Namun sebelumnya kami sudah mengimbau agar `Ogoh-ogoh` selesai digunakan pada malam `Pangerupukan` atau sehari menjelang perayaan hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1939 untuk di `pralina` atau dibakar," ucapnya.

Ia mengatakan langkah untuk pembersihan sampah "Ogoh-ogoh" tersebut pada Rabu (29/3) atau paling lambat Kamis (30/3) diharapkan sudah semuanya bersih atau dibakar.

"Selain menjaga kebersihan lingkungan dari kotoran atau sampah, tetapi dari segi simbolis bahwa ogoh-ogoh tersebut adalah lambang buta kala (roh jahat) karena itu harus dibakar, sehingga tidak mengganggu alam semesta beserta isinya," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Ngurah Wiryanata, bagi kelompok pemuda yang sampai saat ini belum membakar ogoh-ogohnya agar segera di "pralina", sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitarnya.

"Kami minta kepada kelompok pemuda yang memiliki sampah ogoh-ogoh tersebut segera membakarnya, tidak boleh dibiarkan begitu saja di pinggir jalan. Ini sangat mengganggu lingkungan dan mengganggu pemandangan bagi wisatawan yang lewat di jalan tersebut," katanya.

Dari pemantauan, sejumlah bekas ogoh-ogoh tersebut masih berserakan di sejumlah tempat, seperti di pinggir jalan "bypass" Ida Bagus Mantra sekitar wilayah Kabupaten Klungkung dan Gianyar.

Namun, di satu sisi masih menjadi tontonan menarik bagi masyarakat yang melewati jalan tersebut, karena setiap warga yang lewat menyempatkan diri menoleh ke arah "Ogoh-ogoh" itu, walau kondisinya sudah tidak utuh lagi.

Bahkan, ada warga sampai menghentikan kendaraannya untuk bisa lebih mendekat menyaksikan bekas "Ogoh-ogoh" tersebut.

"Saya ingin melihat lebih dekat lagi, walau ogoh-ogoh itu sudah tidak utuh lagi. Saya ingin melihat bahan yang digunakan dan kerangka apa di dalam boneka raksasa itu," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017