Bandung (Antara Bali) - Perusahaan produksi vaksin Bio Farma akan meluncurkan dan menjual obat biosimilar khusus untuk kanker payudara yang lebih murah dari yang dijual di pasaran saat ini.
Peneliti senior Bio Farma Erman Tritama di Bandung, Minggu, mengungkapkan saat ini tim riset dan pengembangan Bio Farma sudah membuat obat biosimilar yang siap diluncurkan dan dijual pada 2019.
Erman menuturkan Bio Farma berencana menjual obat biosimilar (produk biologi yang berasal dari makhluk hidup seperti jaringan, sel, DNA, dan protein) tersebut lebih murah hingga di atas 50 persen dari obat biosimilar kanker payudara produksi perusahaan Eropa, Roche, yang seharga Rp25 juta dalam satu dosis.
"Biosimilar kanker payudara ini dipaten selama 20 tahun, dan akan habis patennya 2019 nanti," kata Erman.
Paten tersebut membuat obat biosimilar tidak bisa dibuat oleh pihak lain dan membuat perusahaan pemilik paten memonopoli harga yang dijualnya dengan harga tinggi.
Biosimilar untuk kanker payudara dengan bahan aktif "trastuzumab" tersebut digunakan untuk mengefisiensikan kemoterapi agar sedikit efek samping dan mempercepat proses penyembuhan.
Penggunaan biosimilar tersebut digunakan setidaknya selama lima kali. Dengan kata lain, pasien kanker payudara harus mengeluarkan Rp125 juta untuk membeli obat biosimilar tersebut.
Namun Bio Farma yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki misi untuk mengupayakan pengobatan dengan harga terjangkau, khususnya bagi masyarakat Indonesia, dengan menjual obat tersebut lebih murah.
"Rencananya kita mau jual 30 persen dari harga yang ada sekarang, sekitar Rp7,5 juta," kata Erman.
Dengan begitu total biaya pengobatan biosimilar yang seharusnya Rp125 juta pada saat ini, akan menurun menjadi Rp37,5 juta.
Erman menyebutkan Indonesia harus bersiap dan sesegera mungkin meluncurkan produk biosimilar kanker payudara tersebut agar perusahaan lain tidak menjualnya lebih dulu dengan harga yang lebih mahal.
"Kan 2019 patennya off, perusahaan lain di negara lain juga sudah bersiap-siap meluncurkan produknya. Kita harus cepat, dan satu-satunya menyaingi dengan harga yang murah," kata dia.
Keunggulan obat biosimilar ketimbang obat kimia ialah minim efek samping dan mudah dicerna oleh tubuh karena basisnya yang terbuat dari molekul-molekul makhluk hidup.
Bio Farma juga tengah mengembangkan vaksin untuk penyakit typhus dan paru-paru (penumonia) yang jauh lebih murah dari harga pasaran guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Peneliti senior Bio Farma Erman Tritama di Bandung, Minggu, mengungkapkan saat ini tim riset dan pengembangan Bio Farma sudah membuat obat biosimilar yang siap diluncurkan dan dijual pada 2019.
Erman menuturkan Bio Farma berencana menjual obat biosimilar (produk biologi yang berasal dari makhluk hidup seperti jaringan, sel, DNA, dan protein) tersebut lebih murah hingga di atas 50 persen dari obat biosimilar kanker payudara produksi perusahaan Eropa, Roche, yang seharga Rp25 juta dalam satu dosis.
"Biosimilar kanker payudara ini dipaten selama 20 tahun, dan akan habis patennya 2019 nanti," kata Erman.
Paten tersebut membuat obat biosimilar tidak bisa dibuat oleh pihak lain dan membuat perusahaan pemilik paten memonopoli harga yang dijualnya dengan harga tinggi.
Biosimilar untuk kanker payudara dengan bahan aktif "trastuzumab" tersebut digunakan untuk mengefisiensikan kemoterapi agar sedikit efek samping dan mempercepat proses penyembuhan.
Penggunaan biosimilar tersebut digunakan setidaknya selama lima kali. Dengan kata lain, pasien kanker payudara harus mengeluarkan Rp125 juta untuk membeli obat biosimilar tersebut.
Namun Bio Farma yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki misi untuk mengupayakan pengobatan dengan harga terjangkau, khususnya bagi masyarakat Indonesia, dengan menjual obat tersebut lebih murah.
"Rencananya kita mau jual 30 persen dari harga yang ada sekarang, sekitar Rp7,5 juta," kata Erman.
Dengan begitu total biaya pengobatan biosimilar yang seharusnya Rp125 juta pada saat ini, akan menurun menjadi Rp37,5 juta.
Erman menyebutkan Indonesia harus bersiap dan sesegera mungkin meluncurkan produk biosimilar kanker payudara tersebut agar perusahaan lain tidak menjualnya lebih dulu dengan harga yang lebih mahal.
"Kan 2019 patennya off, perusahaan lain di negara lain juga sudah bersiap-siap meluncurkan produknya. Kita harus cepat, dan satu-satunya menyaingi dengan harga yang murah," kata dia.
Keunggulan obat biosimilar ketimbang obat kimia ialah minim efek samping dan mudah dicerna oleh tubuh karena basisnya yang terbuat dari molekul-molekul makhluk hidup.
Bio Farma juga tengah mengembangkan vaksin untuk penyakit typhus dan paru-paru (penumonia) yang jauh lebih murah dari harga pasaran guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017