Jakarta (Antara Bali) - Mengakhiri hidup umumnya dilakukan oleh
orang yang mengalami depresi kronis dan merasa tidak ada jalan keluar
untuk mengatasi masalah.
“Depresi selalu
diawali stres, akumulasi tekanan hidup karena kenyataan tidak sesuai
dengan yang diharapkan,†kata psikolog klinis Sanatorium Dharmawangsa,
Liza Marielly Djaprie, saat dihubungi ANTARA News, Sabtu.
Orang
yang menyatakan ingin mengakhiri hidup jangan dianggap sambil lalu,
karena itu merupakan lampu kuning bahwa ia mencari perhatian.
Selain
itu, keinginan untuk mengakhiri hidup juga dapat dinyatakan dengan
ungkapan lain, misalnya merasa hidup hampa atau kalimat “hidup di surga
bagaimana ya?†dan “sepertinya kalau mati enakâ€.
Ungkapan ingin mengakhiri hidup umumnya diawali dengan gejala depresi antara lain sebagai berikut.
1. Perubahan pola makan
Orang yang mengalami gejala depresi akibat stres akan mengalami perubahan pola makan, tapi, berbeda untuk setiap orang.
“Ada orang yang saat stres makan banyak, ada juga yang tidak mau makan,†kata Liza.
2. Perubahan pola tidur
Orang yang mengalami depresi dapat mengalami gejala insomnia, tidak bisa tidur, atau hypersomnia, terlalu banyak tidur.
3. Kehilangan minat
Depresi
menyebabkan orang tidak lagi menaruh minat pada kegiatan yang disukai,
misalnya enggan berolahraga atau enggan bertemu teman.
Gejala
tersebut dapat didiagnosa depresi setelah enam bulan. Menurut Liza,
bila kurang dari enam bulan, dapat saja disebabkan oleh trauma seperti
kehilangan orang terdekat atau terkena bencana alam.
“Setelah lebih dari enam bulan, itu depresi,†kata Liza. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017