Gianyar (Antara Bali) - Jaringan percaloan atau makelar perekrutan calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Kabupaten Gianyar, Bali, mulai terbongkar, berkat laporan seorang korban, Komang Darma Adiyasa, ke kepolisian setempat.

Adiyasa melaporkan Dewa Subrata sebagai salah seorang makelar CPNS di Gianyar, demikian keterangan dari Mapolres Gianyar, Selasa.

Subrata yang sebelumnya menjanjikan akan meloloskan korban Adiyasa sebagai CPNS Pemkot Denpasar 2010, ternyata gagal total.      Padahal, korban sudah merogoh kocek hingga Rp75 juta demi menyandang status abdi negara.

Namun anehnya, Adiyasa kemudian mencabut laporannya di Polres Gianyar.

Alasannya, Adiyasa mengaku salah alamat melaporkan Dewa Subrata, karena yang bersangkutan juga mengaku sebagai korban sindikat makelar CPNS.

Dalam pernyataan pencabutan laporannya, Adiyasa mengaku salah melaporkan orang.

Yang seharusnya dilaporkan, menurut dia, yakni Desak Putu Suprapti, alias Kanjeng Ratu, asal Bangli. Kanjeng Ratu sendiri, merupakan makelar lain, yang meneruskan orang titipan Subrata untuk menyukseskan para pelamar CPNS itu di Jakarta.

Atas laporan terhadap dirinya, Subrata sendiri sudah melaporkan Kanjeng Ratu dalam kasus yang sama ke Mapolres Gianyar. "Dalam kasus ini saya juga jadi korban, karena saya juga menitipkan beberapa pelamar dari keluarga sendiri ke Putu Suprapti," kata Subrata.

Dia mengaku sudah menyetorkan uang hingga hampir Rp200 juta untuk beberapa anggota keluarganya agar diloloskan sebagai PNS melalui Putu Suprapti.

Subrata mengaku mengenal Putu Suprapti dari seseorang bernama Made Suparta di Denpasar. Kepadanya, Suprapti yang banyak mengantongi nama inisial itu mengaku biasa meloloskan orang menjadi PNS dari berbagai daerah di Indonesia.

"Dia malah mengaku sempat ditawari jadi menteri pemberdayaan perempuan, tapi katanya dia tolak," ujar Subrata.

Perkenalan itu, kata Subrata, berawal dari dirinya menitipkan anaknya Diah Utami, untuk menjadi CPNS melalui Suprapti.

Selama berhubungan melalui telepon dengan Kanjeng Ratu yang mengaku menetap di Jakarta, Subrata mengaku sering diminta untuk mencari orang lain yang ingin diloloskan jadi PNS.

"Katanya kuota di Jakarta masih kurang. Saya disuruh cari yang lain. Jadi saya daftarkan beberapa anggota keluarga, termasuk Adiyasa," katanya.

Total uang yang sudah disetorkan ke Kanjeng Ratu, katanya, sudah lebih dari Rp780 juta.

Namun apesnya, setelah hampir setahun menunggu, Subrata tak kunjung mendapat jawaban menjadi CPNS.

"Belakangan dia mulai susah dihubungi. Terakhir kontak, dia bilang suruh sabar. Kalau gagal dia malah janji mau ganti semua uang sampai tiga kali lipat," katanya menjelaskan.

Kini, Subrata pun kelimpungan karena dikejar-kejar sejumlah pelamar CPNS yang gagal, yang sudah dimintai uang puluhan juta rupiah.

"Di Jakarta komplotan makelar CPNS ini banyak. Kanjeng Ratu juga nggak kerja sendiri. Dia banyak temannya di sana," ujarnya.

Sehubungan terungkapnya kasus makelar CPNS yang memakan banyak korban itu, Pemkab Gianyar mengingatkan bahwa semua proses menjadi pegawai tidak dibenarkan melalui pihak lain.

Dalam selebaran yang juga disebar di Mapolres Gianyar, diingatkan bahwa proses pendaftaran CPNS diumumkan secara terbuka dan tidak dikenakan biaya.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011