New York (Antara Bali) - Kurs dolar AS diperdagangkan bervariasi terhadap mata uang utama lainnya pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena investor mencerna kebijakan perdagangan Presiden Trump dan data ekonomi yang baru dirilis di negara itu.

Para analis mengatakan investor khawatir tentang rencana Trump untuk menegosiasikan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara dengan Meksiko dan Kanada serta meninggalkan Kemitraan Perdagangan Trans Pasifik dengan negara-negara Asia, lapor Xinhua.

Di sisi ekonomi, penjualan "existing-home" (rumah yang sebelumnya telah dimiliki atau rumah yang sudah dibangun sebelumnya selama satu bulan atau dikenal juga dengan home resales) menutup 2016 sebagai tahun terbaik dalam satu dekade, sekalipun penjualan pada Desember menurun akibat ketegangan keterjangkauan berkelanjutan dan tingkat pasokan berada di tingkat terendah secara historis, menurut National Association of Realtors, Selasa.

Total penjualan "existing-home" menurun 2,8 persen ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 5,49 juta unit pada Desember dari angka direvisi naik 5,65 juta unit pada November.

Sementara itu, disesuaikan dengan pengaruh musiman, Indeks PMI sektor manufaktur dari Markit untuk Januari naik menjadi 55,1 dari 54,3 pada Desember.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,16 persen menjadi 100,320 pada akhir perdagangan Selasa.

Pada akhir perdagangan New York, euro jatuh ke 1,0728 dolar dari 1,0739 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2504 dolar dari 1,2494 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7577 dolar dari 0,7564 dolar.

Dolar AS dibeli 113,87 yen Jepang, lebih tinggi dari 113,03 yen di sesi sebelumnya. Dolar naik menjadi 1,0014 franc Swiss dari 0,9990 franc Swiss, dan turun tipis ke 1,3157 dolar Kanada dari 1,3265 dolar Kanada.(WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017