Denpasar (Antara Bali) - Yayasan Bali Gulanti kembali menggelar Denpasar Film Festival (DFF) VIII tahun 2017 sebagai upaya meningkatkan mutu film dokumenter anak-anak Indonesia.
"Kami fokus mengembangkan film dokumenter, mengangkat beragam permasalahan lingkungan sebagai upaya menumbuhkan kepedulian masyarakat," kata Panitia DFF 2017, Febriyantow Sukahet di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, kegiatan kali ini mengusung tema Air, Perempuan dan Anak-anak.
Hal tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap ancaman krisis air di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Bali.
Jika hal itu tidak mendapatkan perhatian serius akan berdampak buruk terhadap masyarakat, paling menderita adalah para perempuan dan anak-anak.
"Perempuan dan anak-anak merupakan elemen masyarakat yang sangat penting dalam menyiapkan generasi masa depan bangsa," ujar Febriyantow.
Untuk itu, diharapkan peranserta masyarakat menunjukkan hasil karyanya yang akan ditampailkan dalam kegiatan tersebut.
Febriyantow menambahkan, kegiatan itu diawali dengan kemah pelatihan produksi film dokumenter yang melibatkan para pelajar SMP dan SMA diselenggarakan di Danau Buayan, Kabupaten Buleleng, 7-11 Maret 2017.
Kegiatan tersebut untuk memberikan pembekalan teknis dan wawasan mengenai kehidupan dan lingkungan.
Pelatihan tersebut akan melakukan praktek lapangan secara bertahap dengan instruktur dan praktisi yang mumpuni antara lain Panji Wibowo, dosen di Fakultas Film dan Telivisi (FFTV) Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Selain itu juga Rio Helmi, I Wayan Juniartha, Anthon Muhajir dan Totok Parwtha.
Program lomba film dokumenter dengan hadiah total Rp 75.000.000, lomba resensi film dokumenter, diskusi film unggulan dan pameran foto "Project 88" yang melibatkan seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Bali, 1 Maret hingga 31 Juli 2017.
Seluruh rangkaian kegiatan tersebut dengan acara puncak Malam Penganugrahan, 10 September 2017. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kami fokus mengembangkan film dokumenter, mengangkat beragam permasalahan lingkungan sebagai upaya menumbuhkan kepedulian masyarakat," kata Panitia DFF 2017, Febriyantow Sukahet di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, kegiatan kali ini mengusung tema Air, Perempuan dan Anak-anak.
Hal tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap ancaman krisis air di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Bali.
Jika hal itu tidak mendapatkan perhatian serius akan berdampak buruk terhadap masyarakat, paling menderita adalah para perempuan dan anak-anak.
"Perempuan dan anak-anak merupakan elemen masyarakat yang sangat penting dalam menyiapkan generasi masa depan bangsa," ujar Febriyantow.
Untuk itu, diharapkan peranserta masyarakat menunjukkan hasil karyanya yang akan ditampailkan dalam kegiatan tersebut.
Febriyantow menambahkan, kegiatan itu diawali dengan kemah pelatihan produksi film dokumenter yang melibatkan para pelajar SMP dan SMA diselenggarakan di Danau Buayan, Kabupaten Buleleng, 7-11 Maret 2017.
Kegiatan tersebut untuk memberikan pembekalan teknis dan wawasan mengenai kehidupan dan lingkungan.
Pelatihan tersebut akan melakukan praktek lapangan secara bertahap dengan instruktur dan praktisi yang mumpuni antara lain Panji Wibowo, dosen di Fakultas Film dan Telivisi (FFTV) Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Selain itu juga Rio Helmi, I Wayan Juniartha, Anthon Muhajir dan Totok Parwtha.
Program lomba film dokumenter dengan hadiah total Rp 75.000.000, lomba resensi film dokumenter, diskusi film unggulan dan pameran foto "Project 88" yang melibatkan seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Bali, 1 Maret hingga 31 Juli 2017.
Seluruh rangkaian kegiatan tersebut dengan acara puncak Malam Penganugrahan, 10 September 2017. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017