Kuta Selatan (Antara Bali) - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengajak umat Hindu untuk senantiasa menjaga aura positif pura sebagai tempat suci, dengan memperhatikan kondisi fisiknya dan melaksanakan ritual keagamaan secara berkesinambungan.

"Pura merupakan tempat nunas merta (memohon anugerah) agar kita selalu dilimpahkan kesejahteraan. Oleh karena itu, perlu kita perhatikan. Kalau ada fisiknya yang rusak patut kita rehab serta diikuti upacara yang sepatutnya," katanya saat menghadiri ritual Ngenteg Linggih di Pura Sekaa Hyang Ibu Pasek Gelgel, di Desa Jimbaran, Kuta Selatan, Badung, Rabu.

Menurut mantan Wakil Bupati Badung itu, pelaksanaan ritual keagamaan yang sifatnya berkesinambungan juga perlu disikapi oleh umat, karena tidak semua umat memiliki kemampuan ekonomi yang sama.

"Sudah sepatutnya kegiatan keagamaan harus disesuaikan dengan keadaan atau kemampuan ekonomi masing-masing, serta tidak dilaksanakan secara besar-besaran, sehingga tidak sampai memberatkan," ujarnya.

Ritual yang baik, tambah Sudikerta, yakni yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama dan termuat dalam sastra-sastra agama, serta menggunakan sarana yang lengkap tanpa harus melebih-lebihkan.

"Beryadnya itu harus didasari niat tulus ikhlas, jangan dilaksanakan secara besar-besaran," ucapnya.

Sementara itu, Kelian (ketua) Sekaa Hyang Ibu Pasek Gelgel, Wayan Sutama, mengatakan pura yang diupacarai saat ini merupakan lokasi baru dari linggih (stana) Ida Bhatara (manifestasi Tuhan) yang disungsung (dipuja) sebelumnya.

Berkat bantuan seorang warga yang menyumbangkan tanah seluas 812 meter persegi, disepakati melalui rapat warga untuk membangun pura baru, dan setelah bangunan usai, maka dilanjutkan dengan prosesi "Ngingsirang Linggih" atau memindahkan stana Ida Bhatara (manifestasi Tuhan) ke lokasi saat ini.

Sutama menambahkan, pembangunan pura yang dimulai 2013 itu menelan biaya sekitar Rp2,5 miliar dan ritual Ngenteg Linggih yang baru bisa dilaksanakan saat ini, biayanya diambil dari urunan seluruh warga pura yang berjumlah 48 orang, dan masing-masing dikenakan urunan sebesar Rp10 juta.

Sisa dana yang terkumpul setelah dikurangi biaya upacara, rencananya juga akan dimanfaatkan untuk pengelolaan koperasi yang diharapkan dapat membantu peningkatan perekonomian para anggotanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017