Denpasar (Antara Bali) - Seorang Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud) Sayu Ketut Sutrisna Dewi mengatakan, pihaknya menggugah mahasiswa agar mampu mengembangkan wirausaha dan ekonomi kreatif sebagai upaya membuka peluang kerja.
"Upaya ini harus mau dilakukan mahasiswa agar setelah lulus nanti sudah siap kerja dan ikut mendukung program pemerintah dalam mengembangkan ekonomi kreatif," kata Sayu Ketut Sutrisna Dewi selaku Dosen Fakultas Ekonomi Unud di Denpasar, Rabu.
Untuk menggugah mahasiswa agar mau terjun mejadi enterprener ini, kata dia, di masing-masing Universitas Negeri dan Swasta di Pulau Dewata sudah memiliki inkubator bisnis yang bertujuan untuk melatih generasi muda agar siap memiliki usaha sendiri.
"Kami yakini inkubator bisnis ini akan berjalan optimal, karena di Bali memiliki SDM yang cukup mempuni sehingga dalam pengembangan ekonomi kreatif ini apabila digeluti secara serius akan mampu mendongkrak roda perekonomian daerahnya," ujar wanita yang selaku Ketua Inkubator Bisnis di Unud itu.
Ia menilai, Pulau Bali tidak memiliki kekayaan sumber daya alam seperti daerah lainnya, namun mampu bersaing dengan daerah lainnya karena memiliki potensi pariwisata dan menghasilkan kerajinan tangannya yang diminati wisatawan mancanegara.
"SDM kita sebenarnya sangat kreatif dan saya yakini mampu menyaingi negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang juga menekankan masyarakatnya untuk berwirausaha," ujar Sayu yang juga pendiri webside www.tedung.com itu.
Sehingga pengertian Ekonomi kreatif ini adalah bagaimana upaya masyarakat mampu mengembangkan dirinya tanpa mengekspolitasi sumber daya alam yang ada dilingkungannya.
"Bali sendiri sangat potensial sekali dikembangkan dua hal ini yakni menumbuhkan wirausahawan muda dan sektor ekonomi kreatif," ujarnya pula.
Ia mencontohkan, yang dapat dikembangkan wirausahawan muda dalam mendukung ekonomi kreatif adalah dengan menggalakkan produk negeri seperti mempromosikan kerajinan tangan asli Pulau Bali dan produk fashion khas Pulau Dewata yang diperkenalkan kepada wisatawan.
"Dengan berbekal sumber daya manusia yang kreatif diyakini roda perekonomian daerah akan terus berkembang," katanya.
Selain itu, yang dapat dikembangkan masyarakat Bali adalah dengan memperkenalkan produk olahan makanan khas daerah yang sebelumnya hanya dikonsumsi sendiri, agar memproduksi makanan itu untuk diperjual belikan dengan dikemas lebih menarik untuk menambah pendapatan rumah tangganya.
"Kami sangat mendorong anak muda untuk mengembangkan industri ini seperti pengelohan dodol khas Bali atau jaja begina yang dikemas dan kemudian dijual untuk buah tangan para wisatawan yang datang ke Pulau Dewata," ujar Sayu.
Dalam upaya ini, juga memang membutuhkan kegigihan wirausaha. Namun, ada solusi yang dapat dilakukan agar hal ini berjalan optimal.
"Seperti halnya industri pengolahan makanan ini dapat dilakukan oleh masyarakat yang ada di pedesaan, namun dalam pengemasannya agar lebih menarik perlu melibatkan wisausahawan muda untuk melakukan pengemasan ini," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Upaya ini harus mau dilakukan mahasiswa agar setelah lulus nanti sudah siap kerja dan ikut mendukung program pemerintah dalam mengembangkan ekonomi kreatif," kata Sayu Ketut Sutrisna Dewi selaku Dosen Fakultas Ekonomi Unud di Denpasar, Rabu.
Untuk menggugah mahasiswa agar mau terjun mejadi enterprener ini, kata dia, di masing-masing Universitas Negeri dan Swasta di Pulau Dewata sudah memiliki inkubator bisnis yang bertujuan untuk melatih generasi muda agar siap memiliki usaha sendiri.
"Kami yakini inkubator bisnis ini akan berjalan optimal, karena di Bali memiliki SDM yang cukup mempuni sehingga dalam pengembangan ekonomi kreatif ini apabila digeluti secara serius akan mampu mendongkrak roda perekonomian daerahnya," ujar wanita yang selaku Ketua Inkubator Bisnis di Unud itu.
Ia menilai, Pulau Bali tidak memiliki kekayaan sumber daya alam seperti daerah lainnya, namun mampu bersaing dengan daerah lainnya karena memiliki potensi pariwisata dan menghasilkan kerajinan tangannya yang diminati wisatawan mancanegara.
"SDM kita sebenarnya sangat kreatif dan saya yakini mampu menyaingi negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang juga menekankan masyarakatnya untuk berwirausaha," ujar Sayu yang juga pendiri webside www.tedung.com itu.
Sehingga pengertian Ekonomi kreatif ini adalah bagaimana upaya masyarakat mampu mengembangkan dirinya tanpa mengekspolitasi sumber daya alam yang ada dilingkungannya.
"Bali sendiri sangat potensial sekali dikembangkan dua hal ini yakni menumbuhkan wirausahawan muda dan sektor ekonomi kreatif," ujarnya pula.
Ia mencontohkan, yang dapat dikembangkan wirausahawan muda dalam mendukung ekonomi kreatif adalah dengan menggalakkan produk negeri seperti mempromosikan kerajinan tangan asli Pulau Bali dan produk fashion khas Pulau Dewata yang diperkenalkan kepada wisatawan.
"Dengan berbekal sumber daya manusia yang kreatif diyakini roda perekonomian daerah akan terus berkembang," katanya.
Selain itu, yang dapat dikembangkan masyarakat Bali adalah dengan memperkenalkan produk olahan makanan khas daerah yang sebelumnya hanya dikonsumsi sendiri, agar memproduksi makanan itu untuk diperjual belikan dengan dikemas lebih menarik untuk menambah pendapatan rumah tangganya.
"Kami sangat mendorong anak muda untuk mengembangkan industri ini seperti pengelohan dodol khas Bali atau jaja begina yang dikemas dan kemudian dijual untuk buah tangan para wisatawan yang datang ke Pulau Dewata," ujar Sayu.
Dalam upaya ini, juga memang membutuhkan kegigihan wirausaha. Namun, ada solusi yang dapat dilakukan agar hal ini berjalan optimal.
"Seperti halnya industri pengolahan makanan ini dapat dilakukan oleh masyarakat yang ada di pedesaan, namun dalam pengemasannya agar lebih menarik perlu melibatkan wisausahawan muda untuk melakukan pengemasan ini," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016