Jakarta (ANTARA) - Kabupaten Jember, Jawa Timur, berpeluang menjadi role model atau teladan kota ramah HAM menurut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dengan banyaknya kebijakan yang memuat pemenuhan hak dasar masyarakatnya.

"Jember cukup kondusif, berbagai soal konflik sosial yang terjadi bisa diselesaikan dengan baik, tidak ada lagi gesekan di tengah masyarakat, seperti belum lama ini kasus Puger," kata Koordinator Subkomisi Pemajuan HAM/Komisioner Pendidikan dan Penyuluhan Komnas HAM Beka Ulung Hapsara saat ditemui usai MOU penyelenggara Festival HAM 2019 di Jakarta, Senin.

Selain itu, di Kabupaten Jember juga cukup toleran, dilihat ada beberapa desa yang rumah ibadahnya saling bersebelahan, masyarakat saling membantu.

Baca juga: Indonesia kembali selenggarakan Festival HAM tahun 2019

"Jadi, saya kira di tengah keringnya inspirasi ini bisa jadi contoh bagaimana kemudian toleransi keindonesiaan itu masih ada," kata Beka.

Jember adalah kota keenam yang menjadi tuan rumah pelaksanaan Festival HAM 2019 pada tanggal 19 s.d. 21 November mendatang. Sebelumnya, pada tahun 2018 kegiatan ini dilaksanakan di Wonosobo (Jawa Tengah), Bojonegoro (Jawa Timut), dan Jakarta.

Dalam festival ini, tidak hanya berkonferensi dan berdiskusi dalam ruangan, tetapi juga akan ada kunjungan ke desa toleran, desa buruh migran, kampung SDGs, kampung belajar soal hak anak yang ada di Jember.

Festival tersebut akan mengangkat tema "Pembangunan Daerah Berbasis HAM dan Berkeadilan Sosial dengan Pendekatan Budaya".

Beka menyebutkan Festival HAM ini diinisiasi oleh International NGO Forum for Indonesian Development (INFID) bersama Komnas HAM dimulai sejak 2014 sebagai bagian dari Konferensi Kabupaten/Kota HAM.

Direktur Eksekutif INFID Sugeng Bahagijo mengatakan bahwa Jawa Timur tidak hanya memiliki Surabaya sebagai bintang daerah, tetapi juga ada Jember yang kopi dan tembakaunya mendunia.

Pemkab Jember sedikitnya dari 500 kabupaten/kota di Indonesia yang memberikan beasiswa kepada putra/putri daerah dari angggaran APBD-nya.

"Mungkin beasiswa ini biasa, apalagi bagi provinsi di luar Jawa. Akan tetapi, Jember yang tidak punya minyak, menggunakan APBD berpihak kepada mereka yang kurang mampu jadi bisa mewujudkan cita-citanya," kata Sugeng.

Baca juga: Jember tuan rumah Festival HAM Indonesia 2019

Sugeng menambahkan, "Kalau ini diikuti separuh kabupaten/kota di Indonesia, tidak menutup kemungkinan kemajuan Indonesia bisa diraih."

Jember pun disebut sebagai aktor utama kota ramah HAM dengan banyakan kebijakan dan regulasi yang dilakukan kepala daerah dalam memenuhi hak dasar masyarakat salah satu kabupaten di Jawa Timur itu.

Bupati Jember Faida menyatakan kesiapannya sebagai tuan rumah Festival HAM keenam pada bulan November 2019 dan mengajak semua pihak serta masyarakat Indonesia hadir menyaksikan.

"Karena festival ini adalah milik kita semua bawalah semua yang berkait dengan hak, bawalah ke Festival HAM, apa pun layak dibawa ke Festival HAM Jember," kata Faida.

Menurut Faida, terkait dengan HAM, bukan soal regulasi dan manajerial pemerintah saja, melainkan penting membuat mereka yang punya hak paham akan hak-haknya.

"Jika masyarakat sudah paham akan haknya, kontrol secara otomatis akan berjalan dengan baik," kata Faida.



Ia berharap Festival HAM dapat mempromosikan program HAM ke seluruh masyarakat Indonesia dan memperkenalkan praktik hidup toleran di kabupaten/kota di Indonesia serta mendokumentasikan praktik yang berhasil diterapkan di sejumlah daerah.

Festival ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang HAM, serta meningkatkan kerja sama pihak nasional dan internasional terkait dengan HAM.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019