Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyesalkan terjadinya praktik kekerasan yang terjadi pada masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS).

"Kami sangat menyayangkan kejadian di Palembang itu, bahkan sudah berpuluh-puluh kali disampaikan untuk tidak melaksanakan praktik-praktik kekerasan, perpeloncoan pada masa-masa PLS," ujar Mendikbud di Jakarta, Rabu.

Dia menambahkan PLS harus mengutamakan karakter kasih sayang untuk mengenalkan nilai-nilai, program, dan aktivitas yang akan berlangsung selama mereka bersekolah.

"Adik-adiknya itu segera kerasan, dan nyaman di sekolah yang baru, jangan malah dibikin teror-teror selama PLS," imbuh dia.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini menambahkan perlu adanya program kakak dan adik asuh pada masa PLS. Dengan demikian kakak asuh akan bertanggung jawab pada adik kelasnya.

Baca juga: Siswa SMA Taruna Palembang meninggal dunia saat MOS

Muhadjir menambahkan penerapan aktivitas PLS harus bersifat humanis, mengajak siswa untuk saling menyayangi, dan bergembira sehingga membuat siswa betah di sekolah. Menteri Muhadjir berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan kekerasan yang terjadi pada masa PLS.

"Pokoknya setiap kejadian akan kita cermati, kalau ada malpraktik tentu akan diurus secara kode etik guru, kalau itu sampai tindakan pidana itu urusannya ke pihak kepolisian."

Jika tindak kekerasan bersumber dari akibat pengelolaan sekolah yang kurang baik, maka penyelesaiannya akan dilakukan melalui dewan etik.

Sebelumnya, seorang siswa baru SMA Taruna Indonesia di Palembang yakni DBJ meninggal dunia usai mengikuti PLS.DBJ mengalami kejang setelah berjalan sejauh empat kilometer pada Jumat (12/7) malam.

Pihak Polresta Palembang telah menetapkan pengawas kegiatan PLS di SMA Taruna Palembang,Obby Frisman Arkataku (24) sebagai tersangka penganiayaan yang menyebabkan DBJ (14) meninggal dunia.

Baca juga: KPAI kunjungi SMA Taruna Palembang tempat korban MOS

Baca juga: Polisi tetapkan staf SMA Taruna tersangka tewasnya siswa baru

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019