Manokwari (ANTARA) - Diduga akibat cuaca ekstrim sebuah kapal LCT mengalami mati mesin dan hilang kontak di wilayah Perairan Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat.

Tim Search and Rescue (SAR) gabungan dari Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Manokwari TNI Angkatan Laut serta Satpolair Polres Manokwari sudah bergerak menuju lokasi.

"Kapal ini bergerak dari Pelabuhan Nabire, Papua menuju Manokwari. Dalam perjalanan mengalami mati mesin, lalu hanyut hingga lost kontak," kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Manokwari, George Leo Mercy Randang di Manokwari, Selasa.

Belum diketahui pasti muatan yang dibawah kapal tersebut, namun didalamnya terdapat tujuh orang termasuk kapten kapal. Mereka adalah Rusdi, Alan, Nicolas, Charles Medellu (kapten), Hendrik Medong (Mualim I), Rozaq (Mualim II), Christian Liwatang (Jurumudi)

Ia menyebutkan Kapal LCT Galaxy 88 ini berangkat dari Nabire pada Selasa siang sekitar pukul 12.05 WIT. Sekitar satu jam berikutnya diberoleh informasi bahwa kapal tersebut mati mesin.
Baca juga: Kapal nelayan KM Formasi asal Sibolga hilang kontak di Nias
"Angin cukup kencang dan gelombang tinggi. Setelah mati mesin kapal diduga hanyut. Mudah-mudahan tim SAR dari Manokwari segera menemukan lokasi kapal," kata Leo seraya menambahkan, TIM SAR sudah tiba di lokasi sekitar pukul 17:46 WIT.

"Jam 2 siang tadi kami sudah berangkat, namun gelombang tinggi sehingga tim balik kanan. Selanjutnya sekitat jam 15:45 WIT tim Reacue bergerak kembali dan tiba di Oransbari hampir jam 6 petang tadi," kata Leo lagi.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak bebehari terakhir mengeluarkan peringatan dini tentang cuaca ekstrim di wilayah Samudera Pasifik tepatnya di sebelah utara Papua dan Papua Barat.

Hari ini BMKG kembali mengeluarkan peringan dini angin kencang, gelombang air laut potensi kemunculan awan cumulunimbus di wilayah tersebut.

Kepala BMKG Stasiun Rendani Manokwari, Denny Putiray, Selasa, mengutarakan, angin kencang berkecepatan 25 knots berpotensi terjadi di perairan sebelah barat Raja Ampat hingga Fakfak pada Rabu (17/7) hingga Kamis (18/7). Ketinggian gelombang diperkirakan bisa mencapai 2,5 meter.

Selain Raja Ampat dan Fakfak, angin kencang dan gelombang tinggi pun berpotensi terjadi Perairan Pasifik utara Papua dan Halmahera Maluku Utara. Tinggi gelombang di wilayah itu pun diperkirakan bisa mencapai 2,5 meter.

"Untuk Manokwari ada potensi kemunculan awan cumulunimbus. Awan ini bisa menimbulkan hujan diserta petir," katanya lagi.

Potensi serupa ada di wilayah perairan Sarmi dan Jayapura, Papua. Awan gelap cumulunimbus pun diperkirakan terjadi di Raja Ampat, Sorong, Kaimana dan perairan Teluk Cenderawasih yang saat ini menjadi lokasi insiden kapal LCT Galaxy 88 tersebut.
Baca juga: Kapal bermuatan BBM hilang kontak di perairan Maluku
Baca juga: Kapal motor bawa tujuh ABK hilang kontak

Pewarta: Toyiban
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019