Kita lihat tren yang paling dicari dari produk Korea itu seperti apa
Jakarta (ANTARA) - Mega tren swafoto di kalangan milenial membuka peluang pasar besar bagi eksistensi industri kosmetik di dalam negeri. Demi tampil sempurna di depan kamera, generasi muda kerap memaksimalkan riasannya.

Ditargetkan tumbuh sembilan persen tahun ini, industri kosmetik tidak hanya menyasar para perempuan tanah air, namun juga kaum adam yang semakin peduli dengan penampilannya.

Potensi pasar tersebut begitu menggiurkan baik bagi industri kosmetik dalam negeri, maupun produk kosmetik impor. Namun, produk kosmetik impor nyatanya bukan ancaman berarti bagi industri kosmetik tanah air.

Presiden Direktur PT Mustika Ratu Tbk Bingar Egidius Situmorang menyampaikan, produk kosmetik impor justru memberikan inspirasi bagi produk kosmetik dalam negeri.

Menurut Egidius, salah satu produk kosmetik yang digandrungi milenial tanah air berasal dari Korea Selatan. Dengan masuknya berbagai jenis kosmetik asal negeri ginseng, industri dalam negeri bisa mempelajari jenis kosmetik apa yang paling diminati.

"Kita lihat tren yang paling dicari dari produk Korea itu seperti apa. Kemudian, kita bisa mengembangkannya sendiri berdasarkan keunikan dari produk kita," ujar Egidius.

Dalam hal ini, Mustika Ratu yang kebanyakan menggunakan bahan-bahan alami yang ada di Indonesia, dituntut mampu mengembangkan produknya sesuai dengan keinginan pasar, yang pada akhirnya menciptakan keunikan tersendiri.

Keunikan ini yang membuat produk kosmetik besutan perusahaan yang berdiri sejak 1975 ini tidak hanya diterima di dalam negeri, tapi juga mampu menembus pasar ekspor di beberapa negara, di antaranya Irak, Kanada, dan Australia.

"Keunikan dari bahan alami yang aman dan sertifikat produk halal kosmetik yang kami miliki menjadi keunggulan tersendiri untuk menembus pasar ekspor," ujar Egidius.
 

Perkuat riset

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong industri farmasi dan kosmetik menggencarkan sinergi riset dan pengembangan (R&D) mengingat masih banyak bahan baku yang belum dikembangkan.

Hal tersebut juga diperlukan untuk mengembangkan inovasi dan kreativitas industri dalam memproduksi produk kosmetik dalam negeri.

“Indonesia unggul dengan keanekaragaman hayati baik yang berasal dari darat maupun laut. Beberapa belum banyak dikembangkan seperti ganggang laut, marine collagen yang potensial untuk dikembangkan di pasar lokal dan global,” kata Airlangga.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, pada triwulan 1 Tahun 2019, sektor industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh sebesar 8,12 persen dengan nilai Produk Domestik Bruto sebesar Rp21,9 triliun.

Saat ini, lanjutnya, postur dari industri kosmetik Indonesia adalah sekitar 95 persen merupakan industri dengan skala kecil dan menengah, dan hanya lima persen merupakan industri dengan skala besar.

Dari industri skala menengah dan besar ini, beberapa sudah mampu mengekspor produknya ke luar negeri seperti ke ASEAN, Afrika, dan Timur Tengah.

Menurut Airlangga, ekspor produk kosmetik mencapai 556,36 juta dolar AS pada tahun 2018, di mana capaian ini lebih besar jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya sebesar 516,88 juta dolar AS.
 

Dukungan Pemerintah

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian terus melakukan upaya penumbuhan dan penyebaran industri kosmetik dalam negeri agar dapat bersaing dari segi kualitas dan harga dengan produk-produk impor.

Beberapa upaya antara lain pelatihan pendampingan cara membuat kosmetik yang baik terus dilakukan, baik untuk industri sedang dan menengah maupun industri kecil.

"Dari sisi bahan baku kita memfasilitasi mendapatkan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMTDP) dan insentif perluasan investasi berupa tax allowance," kata Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono.

Terkait produk impor, Kemenperin berharap pengawasan kosmetik oleh BPOM juga ditingkatkan agar kosmetik yang beredar memenuhi standar keamanan kosmetik nasional dan mengurangi kosmetik ilegal.

Industri kosmetik, perawatan kulit dan personal care nasional terus menunjukan perkembangan positif baik peningkatan kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan ekspor.

Dengan masuknya era Industri 4.0, industri kosmetik didorong untuk mampu memanfaatkan internet of thing sebagai pengungkit pasar baik dalam negeri maupun global.

"Dari sisi Pemerintah terus mendorong peningkatan penguatan kemampuan bahan baku terutama melimpahnya aneka hayati terbanyak kedua di dunia setelah Brazil menjadi modal untuk peningkatan nilai tambah nasional dengan peningkatan inovasi," ungkapnya.

Pemerintah saat ini mengeluarkan Peraturan Pemerintah Momor 45 Tahun 2019 tentang Superdeductable Tax untuk potongan pajak bagi industri yang berkontribusi bidang vokasi sebesar 200 persen dan inovasi 300 persen.

Dengan insentif inovasi ini diharapkan industri kosmetik dalam negeri terus membuat bahan baku di dalam negeri yang lebih beragam dan dapat berkompetisi dengan negara lain di dunia.
 

Kelas Menengah

Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menilai, beberapa produk kosmetik lokal mampu berkompetisi dengan produk impor yang beredar di dalam negeri.

"Sebut saja Wardah, Make Over, mereka sudah mampu bersaing dengan produk impor. Mereka punya ceruk pasar sendiri di dalam negeri," kata Andry.

Merek-merek tersebut dinilai berdaya saing di kelas menengah hingga menengah ke bawah.

Untuk itu, industri kosmetik nasional masih memiliki pekerjaan rumah yang besar untuk lihai berkompetisi di kelas menengah hingga menengah ke atas.

Jika pekerjaan rumah tersebut mampu dijawab pelaku industri dalam negeri dengan baik, maka produk kosmetik lokal diproyeksi mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019