Upaya-upaya pencegahan bisa dilakukan di tingkat sekolah, di tingkat lingkungan dimana anak berada, dan juga membantu keluarga-keluarga yang dianggap marginal terutama miskin,
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak untuk kepentingan anak-anak, Save the Children, menyatakan pentingnya penguatan kemampuan dan pemahaman anak-anak dan keluarga tentang bahaya tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dan berbagai bentuk kekerasan lain yang dapat mengancam anak-anak dan perempuan.

"Upaya penyadaran dan upaya penguatan keluarga untuk memahami bahwa ada resiko-resiko yang bisa dialami oleh anak-anak mereka di lingkungan yang berbahaya," kata Child Protection Advisor dari Save the Children Zubedy Koteng saat dihubungi Antara, Jakarta, Jumat.

Dia menambahkan penyadartahuan terhadap anak, orang tua dan masyarakat adalah penting untuk sama-sama memerangi dan mawas diri terhadap bahaya TPPO dan tindak kejahatan lain.

"Upaya-upaya pencegahan bisa dilakukan di tingkat sekolah, di tingkat lingkungan dimana anak berada, dan juga membantu keluarga-keluarga yang dianggap marginal terutama miskin," ujarnya.

Menurut dia, anak-anak dan perempuan menjadi korban TPPO karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka dan golongan marginal untuk berkata tidak dan merespon dengan tepat terhadap berbagai tindakan atau situasi yang menjurus kepada TPPO.

Baca juga: LSM: Anak dan perempuan rentan terhadap TPPO

"Kemampuan mereka untuk berkata tidak juga sebetulnya harus dilatih kepada anak-anak kita kepada kaum-kaum yang termarjinal atau kaum yang dianggap lemah, itu harusnya dilatih bagaimana mereka bisa mengatakan tidak kepada suatu hal yang dianggap berisiko dalam hidupnya, itu adalah 'soft skill' yang harusnya dilatih bukan hanya akademik saja," jelasnya.

Dia mengatakan TPPO bisa terjadi pada anak-anak dan perempuan dari golongan bawah hingga menengah ke atas, namun yang lebih beresiko banyak terjadi pada anak-anak yang miskin, yang tinggal di daerah terpencil dimana akses informasi sangat terbatas dan pendidikan yang kurang.

"Bagaimana anak-anak paham tentang resiko-resiko yang bisa dialami dirinya berkaitan dengan kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah. Mereka harus tahu sejak kecil mereka harus tahu apa indikasi kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya oleh pihak lain baik itu oleh orang tua, dan kejahatan banyak dilakukan oleh orang terdekat itu juga harusnya mereka paham, mereka harus tahu apa yang bisa menjadikan mereka korban," terangnya.

Baca juga: Total sudah 16 kasus pengantin pesanan yang dikirim ke China

Dengan pemahaman yang baik dan pembangunan kapasitas untuk bisa merespon dengan benar terhadap situasi yang mengindikasikan tindak kejahatan, maka anak-anak dan perempuan dapat merespon dengan baik misalnya, sudah tahu ke mana harus melapor, menghindarkan diri dari indikasi-indikasi yang bisa menjebak diri dalam berbagai tindak kejahatan, dan memastikan hak-haknya diperhatikan.

"Jadi anak sendiri harus dimampukan untuk mengatakan tidak karena bahaya sangat besar kepada dia dan konsekuensinya sangat besar buat hidup dia," ujarnya.

Baca juga: LPSK sebut masih banyak kasus TPPO prostitusi anak

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019