Mataram (ANTARA) - Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) melaksanakan program Pengembangan Korporasi Usaha Tani (PKU) sebagai upaya meningkatkan kemandirian pangan dan kesejahteraan petani di kawasan kaki Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan (BKP), Kementan, Andriko Noto Susanto, di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Selasa, menjelaskan kegiatan tersebut merupakan intervensi kebijakan untuk meningkatkan status ketahanan pangan wilayah yang dianalisis berdasarkan Food Security and Vulnerability Atlas.

Intervensi dilakukan pada komponen "on farm" dan "off farm" termasuk kelembagaan, regulasi dan pasar lintas sektor secara terintegrasi.

"Kegiatan PKU ini tidak saja bertujuan meningkatkan produktivitas komoditas, tapi juga harus menghasilkan produk olahan pangan yang mampu menembus pangsa pasar sehingga memberi nilai tambah dan keuntungan lebih besar bagi anggota gabungan kelompok tani (gapoktan)," kata Andriko mewakili Kepala BKP Agung Hendriadi, saat mengunjungi Gapoktan PKU Lendak Kute, di Desa Sembalun.

Selain di Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, kegiatan PKU juga dilakukan di Desa Pendua, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara. Kedua desa tersebut berada di sekitar kaki Gunung Rinjani.

Andriko mengatakan PKU di Desa Sembalun, bergerak dalam budi daya dan pengolahan bawang putih dan kentang.

Bisnis usaha olahan kentang dan bawang putih diyakini memiliki prospek yang cukup menjanjikan, apalagi ditunjang dengan sebagian besar masyarakat di Desa Sembalun, merupakan petani yang menghasilkan produksi tanaman segar. Sehingga bahan baku tidak menjadi kendala yang berarti.

Sementara olahan bawang putih yang telah dilakukan berupa black garlic (bawang putih hitam). Black garlic diyakini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh, seperti kaya akan nutrisi, sumber antioksidan, mengurangi gula darah, menurunkan kolesterol, mencegah kanker, menstabilkan tekanan darah, menjaga berat badan ideal, menghindari kepikunan, mengobati sakit gigi dan lain-lain.

Seiring dengan semakin diminatinya kawasan Sembalun menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri, memberi peluang dalam pengembangan produk "oleh-oleh" yang memiliki ciri khas lokal.

Oleh karena itu, pengembangan usaha budi daya kentang dan bawang putih sampai kepada produk olahan dalam kemasan (hulu sampai hilir) dapat menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.

Sementara itu produk pangan segar menyasar masyarakat di luar kecamatan, bahkan di luar Provinsi, terutama perusahaan yang banyak membutuhkan bahan baku kentang dan bawang putih.

Saat ini, komoditas kentang telah memiliki kerja sama dengan PT Indofood Sukses Makmur, yang merupakan salah satu perusahaan besar yang membutuhkan bahan baku dalam jumlah besar secara kontinyu.

Bibit bawang putih dari Sembalun juga telah dilirik oleh berbagai pemerintah daerah, di antaranya Bali dan Garut. Ke depan Gapoktan PKU Lendak Kute di Desa Sembalun, diharapkan menjadi peyangga bibit bawang putih bagi daerah-daerah lain di Indonesia.

"PKU diharapkan menjadi pemicu bagi Petani Sembalun untuk lebih bersaing di pasar yang lebih luas," kata Andriko.

Sementara PKU di Desa Pendua, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, mengembangkan budi daya dan olahan cabai rawit, bawang merah dan tomat.

Andriko berharap kedepannya dua gapoktan di Pulau Lombok yang menjadi bagian dari 13 gapoktan percontohan program PKU se-Indonesia mampu memasarkan produk olahannya dalam bentuk lembaga usaha berbadan hukum, sehingga usahanya semakin berkembang.

Dalam kunjungan kerja ke Sembalun, Kabupaten Lombok Lombok Timur, Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, BKP, Kementan, Andriko Noto Susanto, didampingi Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan (DKP) NTB Ibnu Fiqhi, dan Plt Kepala DKP Kabupaten Lombok Timur Mashur.

Baca juga: Kemendag dorong Kementan genjot produksi bawang putih

Baca juga: Balitbangtan produksi 225 ton benih bawang putih

Pewarta: Awaludin
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019