Kediri (ANTARA News) - Perusahaan agrobisnis yang belum lama go public, PT Bisi International Tbk, menargetkan perolehan laba bersih pada 2008 Rp220 miliar, naik 83 persen dari laba bersih tahun ini yang diperkirakan mencapai Rp120 miliar. Menurut Wakil Direktur Utama Bisi International, Jemmy Eka Putra, di Kediri, Jawa Timur, Sabtu pagi, peningkatan laba bersih 2008 masih akan dikontribusi utamanya dari penjualan benih jagung dan padi hibrida yang dipasarkan di berbagai daerah di Indonesia. Estimasi penjualan benih Bisi International pada 2008, menurut Jemmy mencapai 26 ribu ton, naik 6 ribu ton dibanding penjualan tahun ini yang diperkirakan 20 ribu ton. Pada 2006, dari total pendapatan Bisi International, sekira 42 persen ditopang dari penjualan benih jagung, pestisida 29 persen, kemudian penjualan benih sayuran 21 persen, produk fertilizer tiga persen, dan sisanya lima persen dari produk lain-lain. Laba bersih yang dibukukan pada tahun itu Rp61 miliar. Selanjutnya Jemmy mengungkapkan bahwa mulai pertengahan tahun ini pihaknya telah meluncurkan varietas jagung hibrida baru yakni Bisi-12 dan Bisi-16. Varietas ini merupakan varietas benih jagung varian terbaru yang mempunyai keunggulan lebih dibanding varietas hibrida sebelumnya yaitu produktivitasnya lebih tinggi, umur panen lebih pendek, dan relatif tahan terhadap serangan hama. Tingkat produktivitas jagung varietas baru yang dikeluarkan Bisi International itu rata-rata mencapai 14 ton per hektar pipil panen. Penjualan benih jangung hibrida Bisi-12 dan Bisi-16 ini hingga akhir 2007 diperkirakan mencapai 1.000 ton dengan cakupan areal tanam 50 ribu hektar. Dengan angka penjualan itu, Bisi-12 dan Bisi-16 telah mengkontribusi sekira 5 persen dari total penjualan benih jagung Bisi International. Pada 2008, penjualan produk baru itu diperkirakan mencapai 10.500 ton atau 40 persen dari total penjualan. Bisi International, menurut Jemmy, terus memproduksi varietas-varietas baru yang semakin baik untuk meningkatkan penjualan perseroan. Perusahaannya akan terus meningkatkan market share (pangsa pasar) dengan merilis varietas-varietas baru. Keunggulan produk-produk benih Bisi adalah adanya segmentasi yang disesuaikan dengan kondisi alam di masing-masing daerah. "Bisi kini juga sedang dalam proses pendaftaran lima varietas baru ke Departemen Pertanian," jelasnya. Sementara mengenai produk benih padi hibrida, Bisi secara berkesinambungan tengah mengembangkan padi hibrida Intani-2 yang dipasarkan di seluruh provinsi di Indonesia, terutama daerah penghasil beras terbesar seperti Jawa Timur. Di Kabupaten Tulungagung misalnya, padi hibrida Intani-2 ini telah ditanam oleh Kelompok Tani Desa Pagersari, Kecamatan Kalidawir di atas lahan seluas 25 hektar dengan hasil panen mencapai 13,68 ton per hektar, hampir tiga kali rata-rata produktivitas nasional 4,7 ton per hektar. Umur tanaman padi jenis ini relatif pendek hanya 85 hari. Di provinsi yang sama, benih jagung Bisi-12 dan Bisi-16 telah ditanam oleh Kelompok Tani Dusun Paras, Desa Turi Pinggir, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang. Menurut Ketua Kelompok Tani Dusun Paras Witono, untuk menanam di atas areal 1 hektar, ia membutuhkan sekira 21 kilogram benih jagung Bisi-12 yang dibelinya dengan harga Rp37.500 per kilogramnya. Dalam waktu sekitar 98 hari, jagung yang ditanamnya sudah bisa dipanen dan pendapatan yang diperoleh mencapai Rp14 juta per hektar. Menurut Setiadi, kebutuhan jagung dalam negeri setiap tahunnya mencapai 1,4 juta ton, namun yang bisa dipenuhi dari produksi nasional hanya 60 persen, sementara 40 persennya dari impor. Dengan demikian, pasar komoditas jagung di Indonesia masih sangat potensial, terlebih kebutuhan nasional diperkirakan akan terus meningkat.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007