Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengusulkan agar ibu kota dipindahkan ke Kepulauan Seribu dengan mempertimbangkan konsep maritim dan jarak yang tidak terlalu jauh dari Jakarta.

Fahri Hamzah setelah hadir dalam acara buka puasa bersama Presiden Jokowi dengan pimpinan lembaga negara di Istana Negara Jakarta, Senin, mengatakan jika pemerintah serius untuk memindahkan ibu kota maka sebaiknya menggunakan konsep maritim.

“Tapi kalau serius saya bilang. Tadi saya ngomong juga sama Menteri Bappenas, pakailah konsep maritim. Justru ibu kota itu dipindahkan ke pinggir. Maka saya mengusulkan dipilihlah seperti Pulau Seribu,” kata Fahri.

Menurut dia, hal itu lebih masuk akal sebagai upaya Indonesia yang akan mendalami konsepsi negara maritim sehingga lebih baik jika memakai kepulauan sebagai konsep ibu kota.

Fahri juga tak sepakat menyebut pindah ibu kota namun selayaknya mencontoh Malaysia yang mengembangkan Putra Jaya sebagai kantor pemerintahan baru.

“Apalagi di Teluk Jakarta itu kan ada tanah reklamasi yang statusnya mengambang kan, harusnya itu diselesaikan oleh pemerintah lalu dijadikan bagian pengembangan wilayah baru di pesisir, karena kita menganut konsep negara maritim, itu yang saya bilang, tadi saya bilang juga,” katanya.

Dengan begitu, pemindahan tak perlu jauh-jauh dari Jakarta yang disebutnya bisa menelan ongkos lebih mahal.

Fahri menyatakan pendapatnya bahwa penetapan Jakarta sebagai ibu kota merupakan peninggalan Bung Karno.

“Jadi konsep DKI itu mengikuti Washington DC sebetulnya. Makanya kalau kita membaca luas distrik Kolombia itu kan cuma 16x10 kilometer. Dan kalau kita tarik gedung DPR sampai ke sini kan lebih kurang 10 kilometer, jadi sebenarnya sudah merupakan konsep Bung Karno tentang ibu kota, apalagi yang mau kita ubah. Tapi kalau mau bikin kantor silakan cari dekat-dekat sini,” katanya.

Maka ia pun mengusulkan lokasi yang dekat dengan Jakarta.

“Usul saya mumpung ini ada konsep maritim pindahin saja ke pinggir dekat-dekat Pulau Seribu,” katanya.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019