Jakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden India Dr Abdul Kalam merekomendasi sistem yang sudah diterapkan di India, "Providing Urban Amenities in Rural Area" (PURA), agar juga diterapkan di Indonesia. Pakar roket balistik itu berbicara di hadapan 600 ilmuwan Indonesia dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) IX yang dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla di Mercure Convention Center, Ancol Jakarta, Selasa. Sistem PURA, urainya, meminimalkan urbanisasi penduduk desa ke kota dengan membuat 600 ribu desa dengan 700 juta orangnya bertahan di tempatnya dengan cara melengkapi desa-desa tersebut dengan berbagai fasilitas. "Misi kami adalah mengembangkan konektivitas bukan saja fisik, tetapi juga konektivitas elektronik seperti telpon, internet dan pengetahuan menuju konektivitas ekonomi. Saya senang merincinya karena Indonesia yang negeri kepulauan membutuhkan sistem ini," katanya. Jumlah PURA di India saat ini 7.000 buah yang terintegrasi di mana pekerjaan sebagai fokus dan didorong oleh pendidikan, kesehatan, pengembangan ketrampilan hingga pemasaran hasil-hasil produksinya, ujarnya. Menurut Abdul Kalam, Indonesia dan India memiliki banyak kesamaan dalam keanekaragaman etnis dan budaya, memiliki awal yang sama ketika menjadi sebuah bangsa serta membangun tonggak masa depan dalam waktu yang hampir sama. Sementara itu, Wakil Kepala LIPI Prof Dr Lukman Hakim mengatakan, Indonesia sebenarnya sudah memiliki sistem yang di India disebut PURA, yakni Iptekda di mana terdapat interkoneksi Iptek antardaerah, namun memang diakui gaungnya kurang. Lukman juga mengakui, India menjadi maju dan dikenal sebagai bangsa besar bukan dengan tiba-tiba, tetapi dengan cara membangun tonggak sejak lama. Sayangnya Indonesia tidak kontinu dalam menjalankan berbagai program yang dicanangkannya sejak awal, sehingga kemajuan yang ditargetkan tak tercapai, tambahnya sambil mencontohkan program roket dan satelit Indonesia yang terhenti lama. "Ketika perekonomian negara-negara ASEAN tumbuh delapan persen per tahun, India hanya empat persen. Baru sekarang-sekarang saja India bisa tumbuh sembilan persen. Jadi mungkin saja negara yang lebih miskin, di masa datang menjadi bangsa yang diperhitungkan," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007