Yang paling saya ingat adalah bagaimana cara menumbuhkan ekonomi, bagaimana regulasi, jangan sampai kita mengimpor barang-barang lagi, bagaimana kita bisa mengekspor, kita harus bisa meningkatkan industri dalam negeri sendiri
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pendukung pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno di Jakarta, Sabtu, memberikan pendapat hal-hal yang paling diingat dari debat capres terakhir Pemilu 2019.

Para pendukung pasangan capres dan cawapres nomor urut 02 yang kebanyakan kalangan ibu, atau akrab disapa emak-emak oleh Cawapres Sandiaga Uno saat nonton bareng (nobar) di Prabowo-Sandi Media Center, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu malam, menyampaikan topik yang mereka ingat dari debat capres yang berbeda-beda.

“Yang paling saya ingat adalah bagaimana cara menumbuhkan ekonomi, bagaimana regulasi, jangan sampai kita mengimpor barang-barang lagi, bagaimana kita bisa mengekspor, kita harus bisa meningkatkan industri dalam negeri sendiri,” kata Antiyani Razik, salah satu peserta nobar.

Menurut dia, apa yang dikatakan Prabowo soal ini benar karena negara Indonesia sebenarnya sudah besar, tinggal bagaimana mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada.

Selain Antiyani ada juga Lusiana yang memiliki pendapat sendiri.

“Tentang kebocoran uang triliunan rupiah yang ditemukan oleh KPK, yang dulu sempat dibantah tapi sekarang sudah terbukti,” kata Lusiana.

Menurut dia, hal itu harus diperbaiki karena semakin banyak kebocoran semakin banyak masyarakat yang tidak merasakan hak dari uang yang bocor tersebut.

Selain itu adapula Anita Nasution dari Kebayoran Lama, topik yang paling diingatnya adalah mengenai ketenagakerjaan.

“Kalau yang saya paling ingat itu soal tenaga kerja. Lulusan sekolah menengah atas (SMA) dan perkuliahan banyak sekali yang belum bekerja, kenapa kok malah orang asing yang banyak mengalir di Indonesia setiap harinya,” katanya.

Menurut Anita, bagaimana pun caranya rakyat Indonesia sendiri yang semestinya lebih diprioritaskan untuk bekerja di negara sendiri ketimbang orang asing.

“Masyarakat Indonesia orangnya pintar-pintar tapi mengapa tidak bisa petinggi-petinggi ini mengambil tenaga kerja pintar dari negara sendiri ini,” ujar dia.
 

Pewarta: Virna P Setyorini/Pamela Sakina
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019