Cilacap (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menilai bahwa kawasan laguna Segara Anakan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, merupakan bentang alam yang unik.

"Saya melihat paling tidak ada tiga hal penting di sini. Pertama, bentang alam Segara Anakan yang tadi sudah kita lalui bersama-sama dan cukup unik. Menurut saya, ini bentang alam yang unik," katanya di Cilacap, Selasa.

Menteri mengatakan hal itu kepada wartawan usai meresmikan program Energi Mandiri Surya Angin (E-Mas Bayu) dan Energi Mandiri Tambak Ikan (E-Mbak Mina) yang dilaksanakan PT Pertamina Refinery Unit IV Cilacap di Dusun Bondan, Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap.

Ia mengaku ketika masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri (sebelum menjadi Kementerian Dalam Negeri, red.), pihaknya sudah membicarakan tentang Segara Anakan.

"Rumit, agak kompleks, karena memang kalau dilihat agak spesifik bentang alamnya dan ini juga perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat. Itu yang pertama. Ada yang unik, mangrovenya bagus dengan 'biodiversity' yang tinggi," katanya.

Menurut dia, kawasan mangrove di Segara Anakan lebih tinggi dari hutan mangrove yang ada di Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Oleh karena itu, pihaknya telah meminta Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) M. R. Karliansyah untuk mendeskripsikan kawasan mangrove Segara Anakan dengan baik.

"Kami akan angkat untuk agenda nasional karena dia (kawasan mangrove Segara Anakan, red.) bisa terkenal seperti Karangsong sekarang. Bahkan mungkin bisa lebih baik karena lebih unik. Jadi, 'biodiversity'-nya tinggi, ini bisa menjadi pusat pengembangan mangrove juga," katanya.

Menteri mengatakan hal penting kedua adalah program E-Mas Bayu yang dilaksanakan Pertamina di Dusun Bondan bisa menjadi model listrik tenaga surya dan listrik tenaga angin.

"Kalau kita lihat, daerahnya kan daerah 'remote' (pelosok, red.). Memang pada daerah-daerah 'remote' ini kita bisa mengembangkan energi surya dan energi angin," tegasnya.

Menurut dia, sistem yang digunakan di Dusun Bondan tidak harus masuk ke sistem jaringan PLN seperti halnya yang banyak dikembangkan di luar negeri.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya akan membawa program tersebut ke tingkat nasional.

"Kami akan melihat bagaimana kelembagaannya di sini, apakah koperasi, BUMDes, dan lain-lain serta bagaimana kekuatan kelembagaan di kelompok masyarakatnya sendiri karena ini masih di kelompok tani," katanya.

Sementara hal penting yang ketiga, kata dia, berdasarkan hasil diskusi dengan Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji serta dari pengamatan langsung, tanah dan rumah di Kampung Laut dikelilingi air.

"Saya menyaksikan yang seperti ini kira-kira tahun 1980-an di Palembang. Kalau melihat Palembang zaman dulu, itu sama sekarang berbeda banget," katanya.

Menurut dia, hal itu berarti ekosistem rawa yang seperti di Kampung Laut dan dengan tumbuhan-tumbuhan yang ada, terdapat sistem alamiah dalam sistem evaporasi, yakni bagaimana tumbuhan melepaskan air dari laut atau rawa sehingga menjadi tanah.

"Jadi, airnya lama-lama berkurang. Kita sering menyebutnya tanah timbul, tapi perkiraan saya di sini ada vegetasi alam yang punya perilaku menyerap evaporasi atau melakukan evaporasi cukup tinggi," jelasnya.

Menteri Nurbaya mengaku sempat berdiskusi dengan tim dari Politeknik Negeri Cilacap dan akan meminta Litbang KLHK untuk melihat kondisi alam dan mangrove di Segara Anakan atau Kampung Laut.

Ia mengaku baru mengerti mengapa Segara Anakan begitu terkenal karena ternyata banyak keunikannya dan banyak yang bisa dikembangkan.

"Saya berterima kasih kepada Pertamina (yang) menemukan ini dan saya berterima kasih kepada masyarakat (yang) terus berupaya membangun komunitasnya dengan baik," katanya.

Disinggung mengenai status tanah di kawasan Segara Anakan yang dimiliki oleh Perhutani, dia mengaku akan mengeceknya dan pihaknya telah meminta Bupati Cilacap untuk memberikan deskripsi yang lengkap.

"Saya nanti juga akan cek dari sisi monitoring kehutanan. Kalau dia (tanah, red.) milik Perhutani, harusnya dengan masyarakat yang seperti ini bisa ke perhutanan sosial," katanya.

Sementara itu, Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero) Budi Santoso Syarif mengatakan manfaat program E-Mas Bayu dan E-Mbak Mina telah dirasakan oleh masyarakat Dusun Bondan.

"Saya berharap ke depan bisa kita tularkan ke unit-unit lain. Saya berharap di sini juga tetap bisa 'sustain' sampai 37 keluarga," katanya.

General Manager Pertamina RU IV Cilacap Joko Priyono mengatakan pembangkit listrik tenaga hibrid yang memadukan tenaga surya dan angin itu merupakan tahap pertama dengan kapasitas 12 kWp (kilowattpeak).

Menurut dia, pihaknya  akan mengembangkannya sehingga seluruh masyarakat di Dusun Bondan bisa memanfaatkan energi listrik dari surya dan angin.

"Ini adalah kombinasi yang baik, mungkin pertama kali energi surya gabung dengan energi angin. Ini sudah 24 jam," katanya.

Dalam hal ini, kata dia, dari pagi hingga menjelang sore menggunakan tenaga surya, kemudian mulai pukul 14.00 WIB hingga 00.00 WIB menggunakan tenaga angin, selanjutnya menggunakan tenaga listrik yang telah tersimpan di baterai hingga pagi hari, dan seterusnya.

Ia mengakui jika untuk sementara penggunaan listriknya masih dibatasi sekitar 440 watt per rumah dan ke depan akan ditambah lagi.

Usai meresmikan program E-Mas Bayu dan meninjau bangunan rumah kontrol pembangkit listrik, Menteri Nurbaya meresmikan program E-Mbak Mina yang ditandai dengan panen perdana ikan bandeng di tambak.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019