Jakarta (ANTARA News) -- Badan Pengelola Pusat Data Statistik Asuransi Nasional (BPPDAN) bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) memperkenalkan metode Stokastik Poisson untuk menentukan tarif premi asuransi, menggantikan metode deterministik yang sebelumnya digunakan selama bertahun-tahun lamanya.

Kepala BPPDAN Arie Surya Nugraha mengatakan, pihaknya bersama ITB menggelar workshop yang melibatkan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan beberapa ceding company untuk mendiskusikan berbagai metode yang digunakan untuk membuat rate. Rencananya, workshop ini akan dilaksanakan sebanyak lima kali.

"BPPDAN memasok data underwriting selama tiga tahun kepada pihak ITB. Berdasarkan data yg diterima, pihak ITB berinovasi membuat rate dengan metode stokastik poisson," ujar Arie saat ditemui di acara Workshop BPPDAN 2019 yang digelar di kantor BUMN reasuransi, Indonesia Re, di Jakarta, Selasa.

Penerapan Stokastik Poisson, lanjut Arie, pada dasarnya didorong oleh kebutuhan akan penentuan tarif premi yang lebih akurat karena mempertimbangkan waktu tiap kejadian dan dapat lebih disesuaikan dengan masing-masing perusahaan asuransi dan pemegang polis, serta tidak tidak menutup kemungkinan tarif dapat berubah seiring waktu berjalan.

"Masing-masing perusahaan tentunya punya tren pertumbuhan yang berbeda dan masing-masing pemegang polis pun punya pola kehidupan yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan metode tarif hanya bisa diakomodir oleh Stokastik, tidak lagi berdasarkan asumsi seperti halnya pada metode deterministik," ungkapnya.

Industri asuransi, pada dasarnya, mengenal dua metode prediksi penentuan tarif premi; stokastik dan deterministik. Secara sederhana, dalam konsep stokastik perhitungan tarif premi mengakomodasi variabel ketidakpastian yang salah satunya adalah waktu kejadian klaim. Dengan kata lain, pemodelan ini ditujukan untuk memprediksi kemungkinan hasil yang didasarkan pada situasi dan kondisi yang beragam, sehingga menghasilkan berbagai estimasi atau bahkan hasil.

Sementara itu, konsep deterministik justru sebaliknya - hanya menghasilkan satu solusi atau jawaban, yang diterapkan untuk semua situasi dan kondisi.

"Tentunya, hasilnya akan lebih adil dan realistis karena dengan berjalan waktu, masing-masing perusahaan asuransi akan mengevaluasi kinerja dan asumsi yang dipakai," tambah pria yang juga menjabat sebagai General Reinsurance CEM and Administration Division Head di Indonesia Re ini.

Kaprodi Magister Pengajaran Matematika dan Magister Aktuaria dan Ketua KK Statistika FMIPA Institut Teknologi Bandung Sapto Wahyu Indratno menuturkan, semakin pesatnya pengelolaan dan pemanfaatan big data menjadi latar belakang pihaknya memperkenalkan metode Statistik Poisson kepada industri asuransi dan reasuransi nasional.

"Didasarkan kemitraan antara kedua belah pihak, kami sadar betapa banyak data yang bisa kedua belah pihak kelola untuk menjadikan industri asuransi nasional lebih baik lagi," ungkap Sapto.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody A. S. Dalimunthe menambahkan, metode stokastik mengakomodir ketidakpastian dan variabilitas, tidak hanya melihat data atau tren kerugian beberapa tahun ke belakang.

"Jadi tidak hanya seperti metode garis lurus. Metode ini mampu menyesuaikan berbagai perubahan sehingga diharapkan tarif preminya akan lebih akurat," tutur Dody.

BPPDAN adalah lembaga pengelola pusat data asuransi khususnya harta benda yang berperan untuk mengupdate dan menunjang tarif premi asuransi agar akurat sesuai dengan standar nasional. Hal ini dilakukan demi mewujudkan statistik yang lebih representatif bagi kepentingan industri asuransi nasional dan dalam rangka menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2020.

Sejak awal terbentuk,j BPPDAN telah dikelola oleh Indonesia Re dengan jumlah sesi wajib sebesar 2,5 persen atau maksimal Rp. 500 juta per risiko.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019