Madrid, Spanyol (Antara/Anadolu-OANA) - Pemerintah Italia pada Selasa (12/2) menyeru Venezuela agar menyelenggarakan pemilihan presiden baru yang demokratis dan bebas.

Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte dan Menteri Luar Negeri Enzo Moavero Milanesi menyepakati satu teks resolusi mengenai Venezuela setelah pertemuan di kediaman perdana menteri di Roma dan menyerahkannya kepada Parlemen.

Ketika berbicara di Parlemen, Menlu Milanesi menggarisbawahi bahwa keprihatinan Italia mengenai situasi kemanusiaan di Venezuela dan keinginannya untuk memproduksi penyelesaian pilihan.

Ia menambahkan pemerintah mendukung penyelesaian damai dan menolak segala bentuk kerusuhan di negeri itu.

Roma tidak percaya bahwa pemilihan presiden terakhir di Venezuela memberi sumbangan bagi keabsahan demokratis Presiden Nicolas Maduro, kata Milanesi, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu siang. Ia mendesak diselenggarakannya pemilihan umum yang demokratis sesegera mungkin di Venezuela.

Diplomat senior Italia tersebut menyatakan peristiwa di Venezuela dipantau secara seksama oleh masyarakat internasional.

"Menurut pemerintah, situasi di Venezuela rumit dan perbuatan kekerasan baru mungkin terjadi," katanya. Ia menambahkan bahwa pemilihan umum baru akan berfungsi sebagai "jalan ke luar".

Sebaliknya, mitra koalisi anti-kemapanan, Gerakan Lima Bintang (M5S), menggarisbawahi bahwa kelompok tersebut tidak mendukung Maduro maupun Juan Guaido, yang secara sepihak mengumumkan diri sebagai Presiden sementara.

Pada Senin, Guaido mengirim delegasi ke Italia dan Vatikan, yang tidak mengakui dia sebagai presiden sementara Venezuela.

Delegasi yang mewakili Guaido itu bertemu dengan menteri luar negeri serta Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri Matteo Salvini, sebelum pergi ke Kota Vatikan.

Sikap abstein Italia untuk secara terbuka mendukung Guaido menghalangi Uni Eropa mengeluarkan pernyataan bersama untuk mengakui "kepresidenan sementara" Guaido.

Venezuela telah diguncang oleh protes sejak 10 Januari, ketika Presiden Nicola Maduro diambil sumpahnya untuk masa jabatan kedua, setelah pemungutan suarat yang diboikot oleh oposisi.

Ketegangan meningkat ketika pemimpin oposisi Guaido mengumumkan diri sebagai Penjabat Presiden pada 23 Januari, tindakan yang didukung oleh AS dan banyak negara Eropa serta Amerika Latin.

Rusia, Turki, China, Iran, Bolivia dan Meksiko telah memberi dukungan buat Maduro.

Baca juga: Suku asli Pemon Venezuela izinkan masuk bantuan asing

Baca juga: Turki katakan negara-negara pendukung Guaido picu krisis Venezuela

Baca juga: Presiden Venezuela siap berunding dengan oposisi


 

Pewarta: Antara
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019