Jakarta (ANTARA News) -  Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengajak rakyat Indonesia menghayati sejarah perjuangan tokoh-tokoh bangsanya dengan menyaksikan film tentang perjalanan hidup Taufiq Kiemas yang berjudul ‘Taufiq: Lelaki yang Menentang Badai’.

“Film ini penting untuk ditonton oleh bangsa Indonesia, khususnya generasi muda bangsa agar mereka memahami sejarah perjuangan para tokoh-tokoh bangsanya,” kata Basarah dalam siaran pers yang diterima Antara Jakarta, Rabu (13/12).

Pernyataan tersebut disampaikan dalam pertemuan dan silaturahmi antara Basarah dan pimpinan fraksi PDIP MPR Abidin Fikri bersama dengan produser film Muhammad Yamin, Imran Hasibuan dan Ody Mulya Hidayat di Gedung MPR RI di Jakarta.

Dibintangi Achmad Megantara (Taufiq Kiemas), Ray Sahetapy (Bung Karno), Agniniy Haque (Megawati Soekarnoputri) dan Tjik Agus Salim (Ayahanda Taufiq Kiemas), film ini dijadwalkan diputar serentak di seluruh bioskop Indonesia pada Maret 2019.

Film berdurasi dua jam tersebut akan memotret perjalanan hidup ketua MPR RI periode 2009-2013 itu semasa remaja di Palembang dan menjadi aktivis GMNI yang gigih dan setia membela presiden Soekarno yang dijatuhkan rezim Orde Baru pada 1967 silam.

“Film ini bukan hanya sebatas karya seni saja, tapi punya cita rasa sejarah yang tinggi,” imbuh Basarah.

Selain menampilkan sisi perjuangan Taufiq Kiemas, film ini akan menghadirkan kisah cintanya dengan istri tercinta Megawati Soekarnoputri, putri sulung Bung Karno.

Film ini juga akan disajikan dengan gaya milenial, tujuannya agar pesannya bisa dipahami dengan cepat dan gamblang oleh generasi milenial. Basarah memandang figur Taufiq Kiemas sebagai pribadi menarik. Betapa tidak, latar belakang keluarganya adalah aktivis Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), namun Taufiq memilih jalan politik sebagai seorang Nasionalis Soekarnois dengan memilih masuk ke organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), organisasi yang berhaluan Soekarnois pada 1962.

"Taufiq Kiemas berhasil membuktikan bahwa sesungguhnya sama sekali tidak ada dikotomi apalagi pertentangan antara Islam dan Nasionalisme. Bahkan, Taufiq meyakini bahwa nasionalisme ajaran-ajaran Bung Karno sarat dengan gagasan dan pemikiran Islam, sebab Bung Karno sangat lama belajar, bergelut dan bergumul dengan pemikiran Islam. Bahkan Bung Karno sendiri merupakan pribadi muslim yang taat," ungkap  Basarah mengenang percakapannya dengan Taufiq Kiemas.

Oleh karena itu, Basarah berharap dengan menyaksikan film ini generasi muda bisa meneladani jejak perjuangan almarhum Taufiq Kiemas dan tidak lagi memisahkan antara Islam dan Nasionalisme.(KR-MRA)

Pewarta: Maria Lisbet Hestica Pardosi
Editor: Jaka Sugiyanta
Copyright © ANTARA 2018