Jakarta (ANTARA News) - Laporan terbaru International Finance Corporation (IFC) menyatakan ibu kota Indonesia, Jakarta, membuka peluang adanya investasi hijau yang ramah lingkungan senilai 30 miliar dolar AS sampai dengan tahun 2030.

"Di Jakarta, ada peluang investasi senilai lebih dari 30 miliar dolar AS, terutama dalam gedung-gedung ramah lingkungan, kendaraan listrik, dan energi terbarukan," ujar Direktur Regional IFC untuk Asia Timur dan Pasifik Vivek Pathak dalam pernyataan mengenai laporan terbaru IFC di Jakarta, Jumat.

Laporan ini memperkirakan potensi investasi bangunan ramah lingkungan di Jakarta adalah 16 miliar dolar AS, dalam limbah sebesar 725 juta dolar AS, transportasi umum sebesar 660 juta dolar AS, energi terbarukan sebesar 3 miliar dolar AS, air bersih sebesar 3 miliar dolar AS dan kendaraan listrik sebesar 7 miliar dolar AS.

Jakarta, merupakan salah satu dari enam kota sampel dari laporan IFC, yang mendapatkan penilaian rinci mengenai peluang investasi iklim serta telah mencakup beragam geografi, luas wilayah dan kepedulian terhadap iklim.

Pathak menambahkan potensi investasi hijau di Jakarta tersebut memperlihatkan pesatnya perkiraan urbanisasi di Asia serta peningkatan kesempatan untuk transisi kepada kegiatan rendah karbon yang bisa menyumbang sebagian besar PDB.

Untuk itu, IFC menawarkan layanan investasi, konsultasi, dan manajemen aset untuk mendorong keterlibatan sektor swasta yang akan dibutuhkan untuk menunjang peluang investasi iklim di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Selain Jakarta, kota lainnya yang berpotensi mendapatkan investasi hijau adalah ibu kota Kenya, Nairobi, yang bisa mendapatkan peluang senilai 8,5 miliar dolar AS, terutama untuk kendaraan listrik, transportasi umum, dan bangunan ramah lingkungan.

Kota lainnya, ibu kota Meksiko, Mexico City, mewakili peluang investasi 37,5 miliar dolar AS, terutama di gedung-gedung ramah lingkungan, kendaraan listrik, dan air perkotaan serta ibu kota Yordania, Amman, mewakili peluang investasi senilai dolar AS 12 miliar, khususnya di transportasi umum, bangunan ramah lingkungan, dan kendaraan listrik.

Kemudian, Rajkot, salah satu kota di India dengan pertumbuhan paling cepat ke 22 di dunia, mewakili peluang investasi senilai 4 miliar dolar AS, terutama dalam kendaraan listrik, transportasi umum, dan bangunan ramah lingkungan dan ibu kota Serbia, Belgrade mewakili peluang investasi senilai 5,5 miliar dolar AS, terutama di gedung-gedung ramah lingkungan, transportasi umum, dan air di perkotaan.

Secara keseluruhan, laporan ini menyebutkan kota-kota di pasar negara berkembang memiliki potensi untuk menarik lebih dari 29,4 triliun dolar AS investasi terkait iklim untuk mengurangi emisi karbon di enam sektor utama sampai dengan tahun 2030.

Potensi investasi yang signifikan dapat dihasilkan dari transportasi rendah karbon seperti transportasi umum hemat energi 1 triliun dolar AS dan kendaraan listrik 1,6 triliun dolar AS, energi ramah lingkungan 842 miliar dolar AS, air 1 triliun dolar AS, dan limbah 200 miliar dolar AS.

Menurut laporan IFC, perencanaan, kebijakan, dan proyek kawasan Asia Pasifik memiliki potensi investasi peduli iklim tertinggi di dunia, dengan peluang terbesar di gedung ramah lingkungan yang diperkirakan mencapai 17,8 triliun dolar AS dan secara global senilai 24,7 triliun dolar AS, pada 2030.

Laporan ini menganalisis target perbaikan iklim kota dan rencana kegiatan di enam kawasan, mengidentifikasi peluang di sektor-sektor prioritas seperti bangunan ramah lingkungan, atau bangunan hijau, transportasi umum, kendaraan listrik, limbah, air, dan energi terbarukan. 
IFC, yang merupakan bagian dari Grup Bank Dunia, ikut menyoroti pendekatan inovatif yang telah digunakan oleh kota-kota, seperti obligasi ramah lingkungan dan KPS (Kemitraan Pemerintah Swasta), untuk menarik investor swasta dan membangun perkotaan yang berkesinambungan.

Baca juga: CI: Indonesia butuh investasi hijau

Pewarta: Satyagraha
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018