Madiun, Jawa Timur (ANTARA News) - Ketika peti jenazah pramugari pesawat Lion Air JT 610 Alfiani Hidayatul Solikhah memasuki rumah keluarganya di Desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Rabu siang, pukul 12.15 WIB, tangis ibu dan keluarganya pecah, mereka tak kuasa menahan duka.

"Alfiani, aku ingin melihat anakku," teriak ibu Alfi, Sukartini, sambil menangis saat melihat peti jenazah putri tunggalnya dibawa memasuki rumah duka berlantai dua.

Sang ibu yang dirundung duka sempat pingsan. 

Alfiani baru sekitar dua bulan bekerja sebagai pramugari di maskapai penerbangan Lion Air. Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun tahun 2017, ia melanjutkan pendidikan ke sekolah pramugari di Yogyakarta selama setahun dan kemudian diterima bekerja.

Sejak menjadi pramugari sekitar Agustus lalu, Alfiani belum pernah pulang ke rumah. 

Setelah dishalatkan, jenazah anak tunggal pasangan Slamet dan Sukartini itu langsung dimakamkan di tempat pemakamam umum desa setempat. Lantunan doa dan isak tangis keluarga, tetangga, serta teman-teman mengiringi prosesi pemakaman Alfiani.

Jenazah Alfiani berhasil diidentifikasi pada 13 November bersama dua jenazah korban lain. Jenazahnya kemudian diterbangkan dari Jakarta menuju Solo pada Rabu pagi dan setibanya di sana langsung dibawa menuju Madiun lewat jalur darat menggunakan ambulans.

Alfiani (19) merupakan salah satu kru yang bertugas dalam penerbangan pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang, yang mengalami kecelakaan pada 29 Oktober 2018. Pesawat yang membawa 189 orang itu jatuh di Perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat.

Baca juga:
89 korban kecelakaan JT 610 sudah diidentifikasi
RS Polri akan terbitkan sertifikat kematian untuk WNA korban Lion Air JT 610

 

Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018