Nah ini yang kita sebut politik cabai atau lado
Jakarta (ANTARA News) -  Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno (SSU) saat mengunjungi Pasar Baru Panam, Pekanbaru dan membeli cabai pada pedagang bernama Rudi mengatakan dia ingat kalau bicara kasar sering dicabaiin bibirnya oleh ibunya, Mien Uno.

"Saya kalau melihat  cabai merah seperti ini  ingat bener tiap kali bicara kasar, ibu saya, Mien Uno langsung mulut saya dicabaiin. Nah ini yang kita sebut politik cabai atau lado," kata Sandiaga dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan setiap kali ada politisi bicara kasar agar diberi cabai saja. 

"Karena kita sekarang butuh politik yang mempersatukan bukan memecah belah,” kata Sandiaga.

Dia mengatakan ekonomi menjadi fokus bersama pasangannya capres, Prabowo Subianto, khususnya di penyediaan dan penciptaan  lapangan kerja juga harga - harga kebutuhan pokok yang stabil dan terjangkau. 

"Kami akan menyederhanakan rantai distribusi. Juga memanfaatkan data konsumsi yang benar, sehingga tidak perlu  lagi impor produk-produk pertanian yang bisa dihasilkan sendiri di bumi Indonesia. Negara ini kaya alam dan buminya? Tapi kenapa melulu impor," kata cawapres yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Demokrat ini.

Sandiaga akan menyerap aspirasi masyarakat Pekanbaru Riau pada hari ini, setelah sebelumnya ke Sumatera Utara. Pada hari Selasa akan berada di Palembang Sumatera Selatan.

Sementara itu, Rudi pedagang yang cabainya dibeli oleh Sandiaga mengaku harga cabai sempat tinggi di Riau. 

Dia berharap pada mantan Wagub DKI Jakarta ini agar bisa mempertahankan harga - harga kebutuhan bahan pokok agar stabil dan terjangkau. 

“Saya harap Pak Sandi bisa menjaga pasokan, biar harga tidak naik turun,” kata Rudi yang senang diberi uang seratus ribu rupiah, karena Sandiaga menampik uang kembalian pembelian cabai merahnya.

Baca juga: Sandiaga di Manado Ingatkan kampanye mempersatukan
Baca juga: Sandiaga Uno berziarah ke makam Guru Ijai

Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018