Yogyakarta (ANTARA News) - Indonesia perlu memperkuat politik gagasan berbasis big data memasuki tahun politik Pemilu Presiden 2019, kata Rektor Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Fathul Wahid PhD.

"Memasuki tahun politik Pilpres 2019 hanya menghadirkan dua kontestan dinilai rawan dengan politik aliran atau identitas. Oleh karena itu, kita memerlukan politik gagasan berbasis big data atau data raya," katanya, di Yogyakarta, Minggu.

Usai peluncuran Drone Emprit Academic (DEA), Fathul mengatakan saat ini sudah terlihat adanya polarisasi yang semakin menguat, baik di kalangan masyarakat maupun warganet di media sosial. Sayangnya, polarisasi itu dibangun di atas semangat politik kelompok atau identitas, katanya lagi.

Menurut dia, politik yang digunakan untuk kepentingan kelompok atau perjuangan identitas tidak akan menjanjikan perbaikan bagi masa depan Indonesia.

"Kelompok yang menang pilpres akan terus dimusuhi oleh kelompok yang kalah. Padahal, kemenangan pilpres seharusnya menjadi kemenangan bagi Indonesia. Politik gagasan menjadi penting dikedepankan sejak dini," kata Fathul lagi.

Penggagas DEA Ismail Fahmi mengatakan, warganet masuk dalam perangkap politik identitas karena tidak menggunakan data dengan baik dan maksimal. Pada media sosial, setiap warganet dapat saja terkait dan tersangkut oleh arus besar opini yang digulirkan.

"Opini tersebut sebenarnya belum tentu dimunculkan berdasarkan data. Dalam konteks ini, penggunaan data untuk membangun gagasan politik yang sehat menjadi jalan keluar," kata dosen Magister Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia (UII) itu pula.

Menurut dia, big data menjadi sumber rujukan, pembanding atau pedoman bagi warganet untuk mengusung politik gagasan.

"Suatu gagasan itu harus berbasis data. Menggunakan data dalam beropini atau beradu argumentasi akan mendorong muncul politik gagasan," katanya lagi.

Ia mengatakan, DEA bekerja sama dengan UII akan menyediakan data yang dibutuhkan oleh penggunanya untuk mengusung penguatan politik gagasan.

"DEA dan UII siap memberikan data yang dibutuhkan terutama oleh kalangan akademisi, seperti dosen, peneliti, dan mahasiswa. Kami ingin insan akademik turut mengambil peran dan berkontribusi dalam mengusung politik gagasan," kata Ismail.

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018