Kawula muda ASEAN harus berpikir kritis terhadap membanjirnya informasi agar tidak mudah mengonsumsi berita-berita palsu
Beijing (ANTARA News) - Lagu tradisional "Kicir-kicir" yang dibawakan mahasiswa dan dosen London School of Public Relations (LSPR) Jakarta menandai dimulainya "ASEAN Youth Camp to China" di Beijing, Senin.

Emilya Setyaningtyas, dosen LSPR didampingi anak didiknya, Bella Ayu Prasetyo, membawakan lagu daerah Jakarta itu sambil menari di depan para pejabat Kementerian Luar Negeri China dan Sekretariat Jenderal ASEAN.

Penampilan keduanya yang saat itu mengenakan kebaya khas Betawi memukau para tamu yang memadati ruang pertemuan di salah satu hotel berbintang di Beijing.

"Ini pertama kali saya datang ke China. Bangga sudah pasti ya, karena selain menjadi delegasi Indonesia di ajang ini juga mendapatkan kesempatan membawakan seni budaya Nusantara di depan delegasi dari berbagai negara, termasuk pejabat di China," kata Emil mengenai kegiatan yang berlangsung di  di Beijing dan Chengdu pada 8-13 Oktober 2018 itu.

Di Beijing, para delegasi dari 10 negara anggota ASEAN yang merupakan mahasiswa dan dosen ilmu komunikasi dan jurnalistik itu akan mengunjungi Peking University, Museum Rakyat China, dan Tembok Besar.

Mereka juga mendapat kesempatan untuk menghadiri konferensi pers rutin di kantor Kementerian Luar Negeri China dan mengunjungi dapur redaksi Radio Internasional China (CRI), lembaga penyiaran publik dengan berbagai versi bahasa di dunia, termasuk Indonesia.

Pada Kamis (11/10), para delegasi tersebut terbang menuju Ibu Kota Provinsi Sichuan di Chengdu untuk mengunjungi dua perguruan tinggi dan Pusat Pengembangbiakan Panda Raksasa, sebelum pulang ke negaranya masing-masing pada Minggu (14/10).

Selama kegiatan berlangsung, panitia menggelar lomba menulis dan foto dengan tema "China in your eyes".

Kegiatan tersebut menandai ulang tahun ke-15 Kemitraan Strategis China-ASEAN. "Pada 8 Oktober 2003, para pemimpin China dan ASEAN di Bali menandatangani Kesepekatan Bersama Kemitraan Strategis untuk Perdamaian dan Kemakmuran," kata Wakil Ketua Asosiasi Diplomasi Publik China Hu Zhengyue.

Pria yang separuh dari masa kerjanya di Kemlu China selama 40 tahun dihabiskan dalam tugas di Asia Tenggara itu menyebutkan bahwa nilai perdagangan China-ASEAN dalam 15 tahun terakhir meningkat hampir 10 kali lipat, dari 55,2 miliar dolar AS menjadi 514,8 miliar dolar AS.

"Demikian pula dengan pertukaran antarindividu kedua belah pihak naik hampir 13 kali lipat dari 3,87 juta menjadi 49 juta orang. Mungkin sebentar lagi sudah 50 juta orang," ujar Hu menambahkan.

Sementara itu, Deputi Sekjen ASEAN Bidang Sosial Budaya Vongthep Arthakaivalvatee menganggap kegiatan tersebut sebagai inisiatif yang sangat bagus bagi para pemuda ASEAN untuk mempelajari perkembangan informasi dan media di China.

"Kalian adalah penyokong, duta, dan garda terdepan perubahan. Dengan gagasan yang segar dan dinamis, kalian merupakan sekelompok pemuda yang mendukung perubahan besar di ASEAN. Jangan lupa, kalian memiliki kesempatan emas berdiskusi dengan teman-teman barumu dan belajar budaya satu sama lain," ujarnya saat memberikan pesan melalui video telekonferensi dari Jakarta itu.

Vongthep juga mengingatkan kawula muda ASEAN untuk tetap berpikir kritis terhadap membanjirnya informasi agar tidak mudah mengonsumsi berita-berita palsu yang makin marak.

Baca juga: China harapkan lebih banyak mahasiswa ASEAN

Baca juga: Kampus China targetkan 1.000 mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia

 

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018