Jakarta (ANTARA News) - Sebagai publik figur, apapun yang diunggah oleh Astrid Tiar pasti menjadi sorotan. Oleh karena itu, dia selalu menerapkap unsur 3D yakni dipikir, dibaca dan ditelaah.

Berkembangnya penggunaan media sosial menimbulkan istilah baru yaitu jarimu adalah harimaumu. Jadi, apapun yang kita sampaikan terkadang bisa menyerang balik.

"Jadi ada 3D kalo menurut saya, dipikir, dibaca lagi, udah ngetik tuh jangan langsung di send, dibaca dulu. Yang ketiga ditelaah, bermanfaat enggak, ada gunanya enggak. Kalau tidak bermanfaat, tidak ada gunanya, ya mendingkan dihapus lagi. Nambah sekarang dihapus aja, benar-benar harus dipilih," ujar Astrid saat berbincang dalam acara "So Klin Bright in You" di Jakarta.

Menurut Astrid, menyebarkan sesuatu di media sosial memiliki tanggung jawab yang besar. Jadi bukan hanya untuk kesenangan diri sendiri saja.

"Di belakang kita juga ada nama baik keluarga, bagaimana suami di hadapan teman-temannya karena kelakuan kita sebagai istri tidak bijak menggunakan media sosial, ada anak. Apapun yang kita lakukan, apapun yang ingin kita berikan di media sosial, ingat itu bukan hanya diri kita sendiri, ada orang lain juga," terang ibu dua anak ini.

"Jadi bagaimana caranya kita walaupun sekarang informasi dengan cepat bisa didapatkan, tetap harus ditelaah terlebih dahulu, kita cerna, kita saring informasinya. Jangan kita dapat informasi, makan bulat-bulat, langsung kita sebarkan lagi, itu kurang bijak," tutup Astrid.

Baca juga: Orang yang minim kuota internet lebih pintar atur data

Baca juga: Alasan tidak boleh sembarangan screencapture percakapan

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018