"Tampaknya mengikuti ekuitas lebih rendah di tengah kekhawatiran terbaru tarif AS/China yang dapat dengan mudah meningkatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi global..."
New York (ANTARA News) -  Harga minyak turun pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), tertekan oleh kekhawatiran baru bahwa perang perdagangan global dapat mengurangi permintaan energi, meskipun sanksi-sanksi AS terhadap Iran dan penurunan produksi Venezuela membatasi penurunan.

Patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober turun 0,35 dolar AS menjadi menetap pada 77,42 dolar per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun 0,45 dolar AS menjadi ditutup pada 69,80 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Brent menutup bulan Agustus dengan 4,3 persen lebih tinggi, sementara minyak mentah AS naik 1,5 persen.

Harga minyak telah didukung oleh penurunan produksi Venezuela dan penurunan pengiriman dari Iran menjelang pengenaan sanksi-sanksi AS terhadap Teheran pada November.

Namun demikian, pada Jumat, minyak "tampaknya mengikuti ekuitas lebih rendah di tengah kekhawatiran terbaru tarif AS/China yang dapat dengan mudah meningkatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan pada gilirannya permintaan minyak dunia," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters.

Indeks MSCI Emerging Markets jatuh untuk hari kedua karena laporan bahwa Presiden AS Donald Trump sedang bersiap untuk meningkatkan perang perdagangan dengan Beijing sehingga mengurangi selera risiko dan menghapus beberapa keuntungan dari reli minggu ini.

Pada sesi sebelumnya, kekhawatiran tentang pelemahan mata uang Argentina membebani prospek untuk pasar negara-negara berkembang.

Trump pada Kamis (30/8) mengancam akan menarik diri dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan memberlakukan tarif pada 200 miliar barang impor dari China.

Jumlah rig AS, indikator produksi masa depan, naik untuk pertama kalinya dalam tiga minggu, perusahaan jasa energi Baker Hughes melaporkan.

Produksi minyak mentah AS pada Juni mencapai 10,674 juta barel per hari, total bulanan tertinggi dalam catatan, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan bulanannya pada Jumat (31/8).

Ekspor minyak mentah naik hampir 200.000 barel per hari pada Juni, mencapai rekor baru 2,2 juta barel per hari, lebih dari dua kali tingkat Juni tahun lalu, EIA mengatakan dalam laporan bulanan terpisah pada Jumat (31/8).

Diskon minyak mentah AS terhadap Brent, yang telah melebar hampir sepertiga dalam sebulan terakhir, telah mendorong peningkatan dalam ekspor AS, kata Bob Yawger, direktur perdaganan berjangka energi di Mizuho.

Produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) meningkat 220.000 barel per hari pada Agustus, menurut survei Reuters.

Baca juga: Dipicu kekhawatiran sanksi Iran, harga minyak kembali naik tertinggi sejak juli

Para analis minyak yang disurvei oleh Reuters memangkas perkiraan harga mereka untuk 2018 pada Agustus, untuk pertama kalinya dalam hampir satu tahun, di tengah meningkatnya kekhawatiran perdagangan.

Sebuah survei Reuters terhadap 45 ekonom dan analis memperkirakan Brent akan mencapai rata-rata 72,71 dolar AS pada 2018, 16 sen di bawah 72,87 dolar AS yang diproyeksikan pada Juli, tetapi di atas rata-rata 71,96 dolar AS sepanjang tahun ini.

Para spekulan menaikkan taruhan bullish mereka pada minyak mentah untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu bulan, data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS menunjukkan pada Jumat (31/8).

Baca juga: Dolar menguat di tengah ketegangan perdagangan AS dan mitranya




(UU.A026/A/A026/A026) 01-09-2018 08:58:30

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018