Jakarta,  (ANTARA News) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengembangkan rumah tahan gempa yang menggunakan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat atau RISHA.

Kepala Pusat Litbang Permukiman, Balitbang, Kementerian PUPR Arief Sabarudin dalam rilis, Rabu, memaparkan, teknologi RISHA menggunakan panel "knock down" sehingga mudah dipasang dan lebih cepat penyelesaiannya serta biaya lebih murah dibandingkan konstruksi rumah konvensional.

Konstruksi rumah tahan gempa yang rencananya bakal dibangun untuk pemulihan pascagempa berkekuatan 7 skala richter (SR) di Lombok, 5 Agustus 2018, diperlukan sebagai mitigasi bencana karena wilayah Lombok dinilai termasuk salah satu wilayah rawan gempa.

Arief Sabarudin mengatakan, dengan jumlah rumah yang rusak cukup banyak dan kebutuhan proses rekonstruksi rumah yang cepat, maka produksi panel-panel beton RISHA akan dilakukan di workshop sehingga kualitas dan ukurannya bisa terstandarisasi.

Panel beton tersebut kemudian akan disebar dan pemasangannya dilakukan oleh masyarakat dengan pendampingan dari Kementerian PUPR.

"Untuk memproduksi panel beton akan dilakukan di workshop. Misalnya, melalui peran salah satu BUMN Karya yang sudah menyatakan siap untuk membuka workshop disana. Produksi panel beton juga terbuka bagi perusahan kecil menengah lainnya, karena kebutuhan panel betonnya jumlah banyak dan rentang waktu yang cepat," papar Arief.

Untuk tahap awal, Puslitbang Permukiman pada Selasa (14/8) telah mengirimkan panel-panel beton RISHA dari Jakarta dan Denpasar yang dapat digunakan untuk membangun 20 unit RISHA beserta tenaga ahli RISHA.

Diperkirakan minggu depan sudah dapat digunakan untuk mengedukasi warga Lombok mengenai cara pemasangan RISHA.

"Selain mengirim panel beton precast, kami juga membawa cetakan yang nantinya akan digunakan untuk pelatihan kepada masyarakat, sehingga masyarakat ikut terlibat, mulai dari pembuatan komponen sampai dengan perakitan," jelasnya.

Menurut dia, aplikasi RISHA untuk rekonstruksi rumah-rumah yang hancur pasca bencana sudah banyak dilakukan di berbagai tempat seperti rekonstruksi rumah pasca gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias tahun 2004, gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 dan bencana erupsi Gunung Sinabung tahun 2015.

Baca juga: UGM: bangunan di Lombok belum penuhi standar

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2018