Seminggu sekali kita patroli berkeliling di kawasan hutan untuk memastikan tidak ada gajah yang mendekati permukiman warga ..."
Meulaboh (ANTARA News) - Jejak kaki kawanan gajah sumatra (elephas maximus sumatranus sp.) ditemukan di hutan Kabupaten Aceh Barat, seperti dituturkan oleh Pengelola Concervation Response Unit (CRU) Alu Kuyun, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, yang menyimpulkan adanya populasi gajah sumatera berdasarkan jejak kaki anakan satwanya.

Pawang gajah (mahout) CRU Alu Kuyun, Aceh Barat, Sofian, saat ditemui di Meulaboh, Jumat, mengatakan bahwa selama dua tahun terakhir pihaknya telah mendeteksi lokasi keberadaan satwa berbelalai panjang itu di kawasan hutan jalur lintasan gajah.

"Bisa dibilang populasi gajah sumatera di hutan Kabupaten Aceh Barat bertambah, dalam beberapa tahun terakhir, apalagi tingkat kematian gajah sudah sangat jauh berkurang di wilayah kita," katanya.

Ia berkata, adanya tanda-tanda populasi satwa gajah di wilayah hutan Aceh dapat dilihat dari penemuan jejak kaki dan kotoran gajah yang masih kecil saat berpatroli dibeberapa kawasan hutan pedalaman di Aceh Barat.

Sofian memperkirakan, ada bertambah dua ekor gajah selama dua tahun terakhir, dari semula gajah liar di kawan Aceh Barat hanya terdeteksi 30 ekor, namun baru - baru ini sudah bertambah dua anakan gajah sehingga berjumlah 32 ekor.

"Dalam dua tahun terakhir bertambah menjadi dua ekor, kita menemukan jejak kaki anak gajah dan juga melihat langsung saat patroli, jadi total gajah di Aceh Barat kami perkirakan berjumlah 32 ekor, tersebar dibeberapa kawasan hutan," ujarnya.

CRU Alue Kuyun kini sedang menggiatkan patroli untuk memastikan tidak ada gajah liar yang masuk dan menyerang permukiman warga, apalagi perambahan hutan untuk membuka lahan baru menyebabkan gajah liar itu kehilangan jalur lintasan (home ring).

Sofian mengemukakan, konflik satwa dengan manusia masih ditemukan sepanjang dua tahun terakhir disebabkan oleh adanya penambangan liar, perambahan hutan untuk pembukaan lahan baru dan perburuan.

"Seminggu sekali kita patroli berkeliling di kawasan hutan untuk memastikan tidak ada gajah yang mendekati permukiman warga, jika ada, maka akan ditangani secara manual, diperlakukan secara baik," ungkapnya.

CRU Alu Kuyun memiliki empat ekor gajah jinak yang sering digunakan untuk membantu menghalau kawanan gajah liar kembali ke habitatnya, namun tidak dibawa saat melakukan patroli karena kekurangan biaya.

Sofian juga mengapresiasi masyarakat sekitar yang sudah sadar tidak melakukan sejumlah hal negatif yang dapat membuat kawanan gajah liar di kawasan hutan turun dan mendekati permukiman hingga mengamuk dan merusak tanaman.

Pihak CRU Alu Kuyun juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menanam pohon yang tidak disukai oleh gajah, mereka lebih terbantu untuk mengatasi gajah liar yang sering masuk ke permukiman dan perkebunan warga.

"Kita ada empat ekor gajah jinak, dua jantan dan dua betina, mereka kami ber nama Abu, Wingo, Suci dan Butet. Kami juga mengimbau masyarakat untuk menanam pohon yang tidak disukai gajah, jadi kita lebih terbantu," demikian Sofian.

Baca juga: Warga Gunungdoh Lampung keluhkan gajah masuk kampung
Baca juga: 16 gajah sumatera huni PLG Minas Riau
Baca juga: Bengkulu jadi percontohan pembangunan koridor gajah sumatera

 

Pewarta: Anwar
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018