kami mencetak 12 juta salinan Al-Quran



Madinah, Arab Saudi (ANTARA News) - Percetakan Al Quran King Fahad milik Pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang berlokasi di Madinah memproduksi salinan Al Quran dalam Bahasa Arab dan terjemahannya ke dalam 76 bahasa, seperti Perancis, Urdu Turki, termasuk Bahasa Indonesia.

"Di sini kami mencetak 12 juta salinan Al-Quran, dan jumlahnya diharapkan terus bertambah hingga 18 juta salinan pada tahun depan," kata Juru Bicara Percetakan Al-Quran King Fahad, Saleh Al-Husain kepada para wartawan dari enam negara saat mengunjungi tempat tersebut, Senin.

Dia menambahkan bahwa sejak berdiri 35 tahun yang lalu, Percetakan Al-Quran King Fahad telah memproduksi 300 juta salinan Al-Quran dan mendistribusikannya ke berbagai negara di seluruh dunia.

"Sembilan juta salinan Al-Quran kami kirimkan secara cuma-cuma dan sembilan juta lainnya dijual," kata Saleh seraya menambahkan bahwa percetakan Al-Quran tersebut didirikan oleh Kerajaan Arab Saudi untuk seluruh Muslim di dunia.

Baca juga: Kemenag segera cetak 120 ribu Alquran
Baca juga: Mantan Menag sesalkan percetakan Alquran segera "dikubur"
Baca juga: MUI-Kementerian Agama Madiun sisir kitab Al Quran tidak sempurna


Selain mencetak dalam bentuk buku, percetakan ini juga membuat salinan Al-Quran dalam bentuk digital melalui aplikasi gawai.

Dengan teknologi digital, Umat Islam tidak hanya dapat membaca Al-Quran dan terjemahannya sesuai dengan bahasa ibu masing-masing, tapi juga mendengarkan suara bacaan Al-Quran.

Lebih lanjut Saleh menjelaskan bahwa ada lima langkah yang harus dilakukan sebelum Al Quran dicetak dalam jumlah banyak.

"Pertama, kita buat salinan naskah Al Quran yang ditulis hanya dengan huruf Arab tanpa satu pun tanda baca, atau sama persis seperti mushaf Al Quran pertama di zaman Khalifah Usman bin Affan," kata Saleh.

Naskah Al-Quran tanpa tanda baca tersebut dicetak lembar demi lembar untuk diperiksa oleh sebuah tim yang bertugas menemukan kemungkinan kesalahan huruf dan melaporkannya kepada tim lain yang bertanggung jawab untuk mengoreksi kekeliruan tersebut.

Langkah ke dua, menurut Saleh, adalah naskah salinan Al Quran dicetak dengan tanda baca berupa titik untuk membedakan antara huruf Arab yang satu dengan lainnya. Naskah ini juga dicetak per lembar dan diperika oleh sebuah tim khusus.

Langkah ke tiga adalah naskah salinan Al Quran dicetak dengan harakat (tanda baca) untuk membedakan bacaan panjang dan pendek, atau suara yang harus ditahan, seperti tanda baca mad, tasjid, dan sukun.

Langkah berikutnya adalah membuat naskah salinan Al Quran dengan tanda "wakaf" atau tanda untuk memberi tahu pembaca Al Quran tempat di mana harus berhenti dan memulai membaca agar bacaan Al Quran sesuai dengan kaidah yang benar.

Sementara langkah ke lima adalah membuat naskah salinan Al Quran dengan membubuhkan nomor ayat dan nomor juz (bagian dalam Al-Quran berjumlah 30 juz).

Seluruh pemeriksaan naskah salinan Al Quran tersebut dilakukan baik secara manual maupun elektronik sehingga jika terjadi suatu kesalahan, maka dapat diketahui di bagian mana hal tersebut terjadi dan dapat ditangani dengan segera.

Setelah langkah-langkah pemeriksaan tersebut dilewati, percetakan akan mencetak sekitar 5.000 salinan Al Quran dan mengirimkannya kepada para ulama yang terpercaya guna pemeriksaan lebih lanjut dan meminta pendapat mereka.

"Setelah seluruh langkah ini kami lakukan, barulah mesin-mesin pencetak akan memproduksi salinan Al Quran dalam jumlah banyak. Seluruh rangkaian sebelum mencetak salinan Al Quran tersebut hanya dilakukan satu kali untuk menghasilkan induk salinan," jelas Saleh.

Dia menambahkan bahwa seluruh pekerja di percetakan tersebut bekerja di bawah sumpah guna menghindari kesalahan yang disengaja dan menjaga proses pencetakan salinan Al-Quran berjalan dengan baik.


 

Pewarta: Libertina W Ambari
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018