Medan (ANTARA News) - Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara MZ Siregar mengklaim bahwa proyek kereta ringan (LRT) Medan akan dirancang bisa sampai menjangkau kawasan wisata unggulan, Danau Toba, namun hal itu ternyata belum diketahui oleh Kementerian Perhubungan.

"Melayang dia jadinya, langsung Medan-Danau Toba," kata Siregar saat ditemui di sela-sela Asia Europe Meeting Transport Senior Official's Meeting (ASEM-TSOM) di Medan, Rabu, sembari menambahkan bahwa saat ini setidaknya ada dua investor yang tertarik untuk menggarap proyek tersebut.

"China dan Korea Selatan sudah rapat-rapat, kita fasilitator, bantu keinginannya," katanya menambahkan.

Bahkan, lanjut Siregar, kedua investor tersebut sudah melakukan kajian dan peninjauan ke lapangan.

"Mereka sudah bersedia, kita tunggu saja siapa yang duluan Korea apa China," katanya.

Investasi tersebut kemungkinan ditempuh lewat skema antarpemerintah (G to G) dan pembangunan diperkirakan memakan waktu hingga lima tahun mendatang.

Meski demikian, Siregar mengaku belum bisa menjawab potensi besaran biaya yang diperlukan.

"Yang jelas lebih besar dari LRT Palembamg karena jaraknya sampai 160 kilometer," katanya.

Dihubungi terpisah, Humas Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Eben Torsa mengatakan pihak Pemprov belum mendiskusikan rencana perpanjangan jalur LRT hingga Danau Toba ke pemerintah pusat, dalam hal ini, Kemenhub.

"Memang baru dengar kalau akan dibangun sampai ke Danau Toba, karena dulu pembahasan tidak sampai situ," katanya.

Baca juga: Bank Dunia tawarkan pinjaman untuk bangun LRT di empat kota

Baca juga: Proyek LRT Jakarta telah rampung 85 persen


Eben menilai hal itu mungkin saja apabila dari segi pembiayaan sangat kuat dan investor sanggup untuk menutupi semua biayanya.

Pasalnya, lanjut dia, dalam berinvestasi untuk proyek infrastruktur perkeretaapian sangat lama untuk pengembalian modal (break even point).

Ditambah, kata Eben, jalur menuju Danau Toba berbukit-bukti, sehingga biaya yang dibutuhkan cukup besar.

"Artinya kalau permintaan ke sana sedikit, investor akan berpikir ulang. Jadi kita wait and see saja, semoga Pemda segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait hal ini," katanya.

Pemerintah Kota Meda memang telah menyatakan bahwa pembangunan LRT dan BRT (bus rapid transit) merupakan proyek utama.

Sarana jalan sepanjang sekitar 17 kilometer akan dibangun untuk LRT, sedangkan untuk BRT sepanjang 18 kilometer.

Proyek itu diperkirakan akan menelan biaya sebesar Rp16 triliun dengan sumber pembiayaan dari pemerintah serta kalangan investor swasta.

Baca juga: Presiden Jokowi: LRT bisa dorong ekspor Indonesia

Baca juga: Ini harapan Jokowi di sela-sela peninjauan LRT Sumsel

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018