Jakarta (ANTARA News) - Anda yang pulang kampung ke Jawa Barat dalam rangka libur Lebaran bisa mengunjungi berbagai tempat wisata, termasuk lokasi wisata religi yang tersebar di banyak tempat.

Simak daftar wisata religi di Jawa Barat di bawah ini, seperti dihimpun Kementerian Pariwisata.

Makam dan Gua Pamijahan
Situs di desa Pamijahan, Tasikmalaya, ini salah satu tujuan ziarah terbesar di Jawa Barat. Pamijahan adalah gua alam juga makam penyebar Islam bernama Waliyullah Safarwadi alias Kanjeng Syekh Abdul Muhyi.

Pada zaman dulu, gua Pamijahan jadi tempat bersembunyi para syekh. Ada yang menarik di dalam Gua Pamijahan, yakni “kopiah haji”. Yang dimaksud bukan penutup kepala, melainkan lekukan bulat atap gua serupa peci. Konon, bila “kopiah” itu pas di kepala seseorang ketika sedang berdiri, dipercaya orang itu bisa naik haji. Tak hanya itu, di dalam gua dipercaya ada lubang menuju Mekkah.
Situ Panjalu, Ciamis (Wikimedia)


Situ Panjalu Ciamis
Konon, Situ Panjalu terbentuk dari air zam-zam yang ditumpahkan Prabu Sanghyang Borosngora. Sang Prabu mendapatkannya saat berkelana mencari ilmu hingga ke Mekkah. Dia belajar dari Ali r.a, sahabat Nabi Muhammad SAW, kemudian pulang ke kampung halaman dengan bekal pakaian kehajian dan air zam zam yang dibawa dalam gayung yang permukaannya bolong-bolong. Air zam zam yang ditumpahkan di Pasir Jambu dipercaya meluas jadi danau bernama Situ Lengkong Panjalu.

Makam Cut Nyak Dhien di Sumedang
Pahlawan asal Aceh Cut Nyak Dhien yang melawan kolonialisme Belanda diasingkan ke Sumedang, tempatnya menghembuskan nafas terakhir. Ia diasingkan di rumah panggung berdinding bilik selama tiga tahun yang terletak di Jalan Pangeran Aria Suriatmaja. Makamnya berlokasi di Gunung Puyuh, bagian tenggara kota Sumedang. Tempat itu juga jadi komplek pemakaman bupati keturunan Prabu Geusan Ulun beserta keluarganya.
Sejumlah warga berwisata di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang, Jateng, Minggu (3/6/2018). Masjid dengan kapasitas 15.000 jemaah tersebut tidak hanya menjadi pusat ibadah dan dakwah Islam, tetapi juga menjadi destinasi wisata favorit di Semarang karena memiliki arsitektur unik dengan perpaduan gaya Jawa, Arab, dan Romawi. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)


Masjid Agung Jawa Tengah
Dibuat dengan rancangan Jawa Tengah berpadu Romawi, masjid ini mirip bentuknya dengan Koloseum Romawi. Asmaul Husna disimbolkan lewat menara setinggi 99 meter, 25 nabi dan rasul disimbolkan lewat kaligrafi indah. Penunjung bisa membaca dua kalimat syahadat yang tertera di gerbang. Tempat ini memang ditujukan jadi tujuan wisata karena menyediakan wisma penginapan berisi 23 kamar. Di bagian dasar masjid, terdapat studio radio Dakwah Islam, ada museum kebudayaan Islam di lantai dua dan lantai tiga, sementara kafe Muslim yang bisa berputar 360 derajat terletak di lantai 18. Pemandangan kota Semarang bisa dinikmati lewat teropong di lantai 19.
 
Masjid Besar Kauman Semarang (Kemenag)


Masjid Besar Kauman
Nama aslinya Masjid Agung Semarang, tapi orang lebih mengenalnya sebagai Masjid Besar Kauman. Dilihat dari penampilannya, masjid ini kental dengan gaya bangunan tradisional Jawa. Atapnya limas tiga susun, simbol filosofi Iman, Islam dan Ikhsan.
Umat muslim mengikuti pengajian Ramadan di serambi Masjid Agung Demak, Bintoro, Demak, Jawa Tengah, Minggu (20/5/2018). Masjid yang didirikan Raja Demak Raden Patah bersama Sembilan Wali (Wali Songo) yang sekaligus berperan sebagai pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa pada abad ke-15 tersebut menjadi sentra kegiatan peribadatan serta keagamaan warga setempat maupun luar kota terutama pada bulan suci Ramadan. (ANTARA FOTO/Aji Styawan)



Masjid Agung Demak
Didirikan oleh Raden Fatah dan Wali Songo pada 1466 -1477, masjid Agung Demak adalah cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak. Meski sudah direnovasi beberapa kali, cidi khasnya tetap dipertahankan, yakni atap bersusun tiga dengan pintu sebanyak lima buah. Tempat ini dipercaya jadi tempat berkumpul wali songo. Anda bisa juga mengunjungi museum Masjid Agung Demak yang memamerkan bedug dan kentongan Wali abad ke-15, kitab tafsir Al Qur’an juz 15-30 yang ditulis tangan oleh Sunan Bonang, sepotong kayu dari sakatatal Sunan Kalijaga, gentong dari masa Dinasti Ming sampai Pintu Bledeg buatan Ki Ageng Sela.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018