... dalam upaya memasuki era revolusi industri 4.0, harus memanfaatkan platform digital."
Jakarta (ANTARA News) - Produk unggulan kriya dari Indonesia cukup banyak diminati oleh konsumen mancanengara jika dilihat dari data nilai ekspor yang dihasilkan tahun 2017 sebesar 776 juta dolar AS, lebih tinggi dibanding capaian tahun sebelumnya di angka 747 juta dolar AS.

“Agar kinerja industri kerajinan lebih baik, kami tetapkan sebagai salah satu sektor yang diprioritaskan pengembangannya. Terlebih lagi industri kerajinan merupakan sektor padat karya berorientasi ekspor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa.

Menurut Menperin, para pelaku industri kerajinan nasional perlu memperhatikan beberapa hal penting agar produknya dapat memiliki nilai jual yang tinggi, di antaranya adalah mengikuti selera pasar saat ini, menerapkan standardisasi, serta penguatan di aspek kemasan dan merek.

“Sedangkan, dalam upaya memasuki era revolusi industri 4.0, harus memanfaatkan platform digital,” ungkapnya.

Kemenperin mengajak para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) nasional supaya ikut serta dalam program e-Smart IKM.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan perluasan pasar bagi produk IKM lokal hingga mampu menembus pintu ekspor.

“Kami telah melaksanakan workshop e-Smart IKM di beberapa daerah dengan menggandeng marketplace dalam negeri,” jelas Airlangga.

Airlangga menilai, kekuatan industri kerajinan nasional terletak pada sumber bahan baku lokal yang melimpah dengan didukung oleh keragaman corak dan desain, terutama yang berciri khas Nusantara.

“Selain itu, para perajin kita tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan memiliki keterampilan yang andal di bidang masing-masing,” imbuhnya.

Kemenperin pun menjalankan berbagai program dalam upaya peningkatan kompetensi para pengrajin nasional, di antaranya mendorong mereka agar menggunakan teknologi terkini sehingga mampu menciptakan kreativitas dan inovasi produk.

Kegiatan program itu seperti dilakukan di Bali Creative Industry Center (BCIC), sebagai salah satu pusat pengembangan riset teknologi, desain, seni, budaya dan inovasi yang dimiliki oleh Kemenperin untuk membangun ekosistem industri kreatif.

“Selain industri kerajinan, ada tiga sektor yang juga menjadi pembinaan kami dalam kelompok industri kreatif, antara lain industri fesyen, animasi dan video, serta permainan interaktif,” sebut Airlangga.

Pada pembukaan pameran tersebut, Menperin memberikan apresiasi kepada Asosiasi Pemerintah  Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) yang turut berperan mendorong pengembangan IKM nasional, misalnya menjalin kerja sama dengan Direktorat Jenderal IKM Kemenperin dalam penyelenggaraan  Pameran Industri Kreatif 2018.

“Dalam pameran ini, kami juga berterima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Bantul yang membawa para pengrajin andalannya untuk menampilkan berbagai produk kreatif unggulannya. Dari total ekspor produk APKASI yang mencapai Rp2 triliun, Bantul memberikan kontribusi cukup besar hingga hampir Rp1 triliun,” paparnya.

Bupati Bantul yang juga Ketua Bidang Ekonomi Kreatif APKASI Suharsono menyampaikan, pihaknya berharap kepada Kemenperin supaya terus mendukung program pengembangan IKM Bantul agar semakin produktif dan berdaya saing.

Ia meyakini, penguatan industri kreatif mampu menyangga perekonomian daerah dan nasional.

“Pada 2017, ekspor kriya Bantul mencapai 77 juta dolar AS. Selain fasilitasi pembiayaan serta pelatihan teknis dan manajemen, kami juga ingin diwadahi dalam penyelenggaraan pameran sebagai upaya lebih memperkenalkan produk-produk IKM unggulan kami,” ungkapnya.

Melalui kegiatan promosi baik yang sifatnya online maupun offline, Suharosno meyakini, dapat meningkatkan nilai ekspor produk IKM Bantul.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018