Jenewa (ANTARA News) - Hujan lebat dan banjir yang melanda lebih dari sebulan menewaskan 100 orang dan menelantarkan hampir 260.000 orang di Kenya, demikian disampaikan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), Kamis.

Banjir juga berpotensi memicu atau memperburuk wabah penyakit seperti malaria dan kolera, dan terkontaminasi sumber air serta 33 pusat kesehatan hancur bersama dengan rumah, tanaman, sistem irigasi dan peralatan pertanian, hingga jalan dan jalur kereta, kata IFRC.

Menurut IFRC, banyak masyarakat yang terkena dampak sudah berjuang untuk pulih dari kekeringan pada 2017.

"Ini adalah tragedi ganda bagi banyak masyarakat. Saya khawatir banjir ini akan mendorong beberapa orang melebihi batas," kata Abbas Gullet, Sekretaris Jenderal Masyarakat Palang Merah Kenya.

Menurut Palang Merah Kenya, sudah ada wabah kolera yang aktif di lima wilayah yang terkena banjir.

IFRC mengatakan bahwa bersama Kenya Red Cross Society, mereka telah meluncurkan permohonan darurat internasional untuk dana sekitar 4,7 juta dolar AS untuk menyediakan perlindungan dan pemukiman, kesehatan dan gizi, air dan sanitasi dan ketahanan pangan serta dukungan mata pencaharian bagi 150.000 orang. Demikian dilansir Kantor Berita Xinhua.

Baca juga: 90 orang tewas akibat banjir bandang di Kenya

Penerjemah: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018