Kendati demikian, tekanan pasar bisa muncul mengingat tingkat ketergantungan komoditas Indonesia dan tingkat hutang eksternal yang relatif tinggi."
Jakarta (ANTARA News) - Lembaga pemeringkat kredit internasional Fitch Ratings, Ltd. memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau 7-days Reverse Repo Rate di level saat ini 4,25 persen hingga akhir tahun.

"Kami perkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuan tahun ini, sebelum mulai menaikkannya tahun depan secara bertahap," tulis laporan terakhir "Global Economic Outlook" yang diumumkan oleh Fitch, yang diterima Antara di Jakarta, Jumat.

Fitch memproyeksikan tingkat suku bunga acuan Bank Sentral AS The Fed atau Fed Fund Rate akan naik sebanyak empat kali pada tahun ini. Hal tersebut diperkirakan akan menekan nilai tukar Rupiah, namun Fitch menilai ketahanan Indonesia terhadap goncangan eksternal telah meningkat

"Kendati demikian, tekanan pasar bisa muncul mengingat tingkat ketergantungan komoditas Indonesia dan tingkat hutang eksternal yang relatif tinggi," sebut laporan itu.

Pada 2017 lalu, Bank Indonesia melakukan pelonggaran kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali.Bank Indonesia juga telah melakukan merelaksasi sejumlah kebijakan makroprudensial dalam beberapa tahun terakhir, misalnya dengan meningkatkan rasio pinjaman terhadap nilai pinjaman (loan to value ratio) properti.

"Namun, pertumbuhan kredit masih belum begitu meningkat cepat pada saat ini, terutama untuk bisnis," tulis laporan itu.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada pertengahan Februari 2018 lalu, memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 4,25 persen, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 3,5 persen dan Lending Facility tetap sebesar lima persen.

Kebijakan tersebut diklaim konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta turut mendukung pemulihan ekonomi domestik. Bank Indonesia memandang bahwa pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh sebelumnya telah memadai untuk terus mendorong momentum pemulihan ekonomi domestik.

BI juga mewaspadai sejumlah risiko, baik yang bersumber dari eksternal seperti peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global terkait ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang lebih tinggi dari perkiraan dan peningkatan harga minyak dunia, maupun dari dalam negeri terkait konsolidasi korporasi yang terus berlanjut, intermediasi perbankan yang belum kuat dan risiko inflasi.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018