Jakarta (ANTARA News) - Kasus pengaturan skor di Liga Bola Basket Indonesia (IBL) 2017 diduga melibatkan lima pemain asing, kata Ketua Bidang Hukum Persatuan Bola Basket Indonesia (Perbasi) George Fernando Dendeng.

"Ada lima orang, asalnya dari Amerika Serikat, Kanada," ujar George ditemui di kawasan Pasar Minggu, Jakarta, Rabu, tanpa menyebut lebih rinci.

Dia melanjutkan, itulah alasan mengapa Perbasi tidak menerbitkan "letter of clearence" (LoC) bagi kelima pemain tersebut, yang menyebabkan mereka tidak masuk dalam draft IBL untuk musim 2017-2018.

"Perbasi merekomendasikan kepada IBL bahwa pemain impor itu tidak bisa bermain di Indonesia," kata George.

Perihal tersebut diaminkan oleh Ketua Umum PP Perbasi Danny Kosasih.

"Ada juga pemain asing diduga terlibat pengaturan skor. Mereka tidak masuk draft lagi untuk musim 2017-2018," tutur dia.

Adapun kasus pengaturan skor di IBL 2017 mencuat setelah PP Perbasi mengeluarkan surat resmi bernomor 508/XI/PP/2017 bertanggal 21 November 2017 yang berisi tentang sanksi kepada sembilan nama yang disebut secara sah dan meyakinkan terlibat dalam "match fixing" tersebut.

Kesembilan sosok itu merupakan para pemain JNE Siliwangi Bandung yaitu Ferdinand Damanik, Tri Wilopo, Gian Gumilar, Haritsa Herlusdityo, Untung Gendro Maryono, Fredy, Vinton Nollan Surawi, Robertus Riza Raharjo dan Zulhilmi Faturrahman.

Mereka dihukum dengan sanksi tidak boleh terlibat di seluruh kegiatan bola basket Indonesia dengan durasi lima tahun (diterima oleh Ferdinand Damanik), empat tahun (Tri, Gian, Haritsa, Untung), tiga tahun (Fredy, Vinton, Robertus) dan dua tahun (Zulhilmi).

Selain pemain asing dan nama-nama yang disebut di atas, Perbasi juga menyebut ada 13 orang lagi yang diduga kuat terlibat di pengaturan skor di IBL 2017.

Mereka masuk dalam pengawasan ketat Perbasi dan akan segera dihukum jika ditemukan bukti keterlibatannya. 

Pewarta: Michael Teguh Adiputra S
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017