Semarang (ANTARA News) - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan disebut-sebut oleh beberapa pihak masih menjadi partai politik yang terkuat di Provinsi Jawa Tengah hingga saat ini.

PDIP juga merupakan lakon utama karena memiliki kekuatan yang besar dan semua pihak sedang menunggu keluarnya rekomendasi Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri terhadap kader internal yang akan diusung partai berlambang banteng moncong putih ini pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018.

Terkait dengan hal itu, DPP PDIP kembali memberikan sinyal rekomendasi kepada Ganjar Pranowo sebagai petahana pada Pilgub Jateng 2018.

Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto menjelaskan bahwa tradisi PDIP dalam berpartai paling gampang ditebak karena partainya itu pasti berbicara tentang Pancasila, NKRI, konstitusi, dan kebhinnekaan.

Bagi kader partai yang memang mampu menjalankan pemerintahan yang oleh rakyat dinilai baik, PDIP akan memberikan kesempatan untuk menjabat kembali sebagai kepala pemerintahan tertinggi di tingkat provinsi.

Hasto mencontohkan, perjalanan politik Presiden Joko Widodo yang berawal dari menjabat Wali Kota Surakarta selama 2 periode dan dilanjutkan menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Baru setengah jalan sebagai Gubernur DKI Jakarta, katanya, rakyat menghendaki Jokowi sebagai Presiden RI.

Seusai menghadiri rapat konsolidasi PDIP di kantor DPD PDIP Jawa Tengah awal November 2017, Hasto menegaskan, PDIP menyatu dengan harapan rakyat dan berusaha menghindari adanya jarak antara keinginan partai dengan harapan rakyat.

Uji kelayakan dan kepatutan terhadap kader PDIP yang mendaftar sebagai bakal calon gubernur dan calon wakil gubernur pada Pilgub Jateng 2018 saat ini sudah selesai dilaksanakan, bahkan sekarang mengerucut satu pasang nama.

Kendati demikian, pengumuman kandidat yang mendapat rekomendasi pada Pilgub Jateng menunggu momentum yang tepat yang ditentukan oleh Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.

Pengumuman rekomendasi juga akan dilakukan secara bertahap atau dengan kata lain tidak diumumkan sekaligus.

Terkait dengan rekomendasi bakal cagub-cawagub Pilgub Jateng yang akan segera diumumkan, Hasto menilai yang terpenting adalah seluruh jajaran PDIP turun ke bawah dan menyatu dengan kekuatan rakyat.

Ketua Umum DPP PDIP, katanya, mengingatkan, pilkada bukan persoalan rekomendasi orang per orang, tapi merupakan bagaimana mengelola kekuasaan.

Ketua Bidang Politik dan Keamanan DPP PDIP Puan Maharani memaparkan bahwa berdasarkan hasil survei yang dilakukan secara internal maupun lembaga survei, peluang petahana mendapatkan rekomendasi serta maju kembali pada Pilgub Jateng 2018, masih besar jika dibandingkan dengan calon-calon lainnya.

Kalau dilihat dari survei, kata Puan, "alhamdulillah masih kuat dan sampai saat ini belum ada calon yang menurut survei cukup mengimbangi petahana".

Menurut Puan, hasil survei yang mengunggulkan Ganjar Pranowo sebagai petahana pada Pilgub Jateng itu menjadi salah satu pertimbangan bagi DPP PDIP dalam memberikan rekomendasi.

Kendati demikian, Puan tidak dapat memastikan apakah rekomendasi DPP PDIP akan diberikan kepada Ganjar Pranowo yang saat ini menjabat Gubernur Jawa Tengah.

Karena menurut dia, yang namanya politik itu selalu berdinamika.

Ia mengatakan, proses pemberian rekomendasi kepada calon kepala daerah yang diusung partainya pada Pilgub Jateng mendatang sudah berjalan.

Puan menampik jika proses pemberian rekomendasi DPP PDIP kepada kandidat pilkada di Indonesia, termasuk untuk Provinsi Jateng, berjalan lambat.

Puan menyebutkan, ada 19 provinsi dan 154 kabupaten/kota di Indonesia akan melaksanakan pilkada pada tahun depan.

Pilkada serentak mendatang dinilai PDIP sebagai proses yang tidak mudah dan pihaknya juga terus melakukan komunikasi politik dengan semua partai guna menjajaki koalisi dalam mengusung pasangan calon.

"Insya Allah", kata dia, "calon yang mendapat rekomendasi adalah calon yang bisa memperkuat suara PDIP ke depan".

Menanggapi beberapa hasil survei yang mengunggulkan dirinya pada Pilgub Jateng 2018, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo cenderung santai.

Ia mengungkapkan bahwa survei dengan hasil yang sama juga terjadi menjelang pelaksanaan Pilgub Jateng 2013.

"Sama saja saat 2013 lalu incumbent  pasti nomor satu, dan nama lain ya satu persen, dua persen, bahkan saya cuma empat persen waktu itu. Kalau nanti sudah ada calon pasti ada perubahan hasil," katanya.

Ganjar juga tidak terlalu gembira melihat capaian kepuasan publik terhadap dirinya karena menurutnya angka yang tercatat hingga 65 persen itu belum sesuai ekspektasinya.

Mantan anggota DPR RI itu menganggap dirinya belum terlalu berhasil dan masih memerlukan peningkatan kinerja di sejumlah sektor.

Menurut Ganjar, harapan-harapan masyarakat pada survei merupakan kebutuhan dasar warga negara dan tentu saja tidak semuanya bisa dipenuhi oleh seorang gubernur saja karena sektor-sektor tersebut terbagi berdasarkan kewenangannya antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

Tentu saja, kata Ganjar, ada ekspektasi masyarakat tinggi, mereka berpikir gubernur bisa menyelesaikan ini semua, padahal kita bicara otonomi daerah di mana ada peran pemerintah kabupaten/kota dan peran pusat.

Sebelumnya, Populi Center merilis hasil survei menjelang Pilgub Jateng dengan beberapa nama yang muncul ke permukaan, tapi masih berada di bawah popularitas petahana, Ganjar Pranowo.

Survei yang dilakukan 15-23 Mei 2017 tersebut menyebut bahwa Ganjar Pranowo masih menempati posisi pertama untuk tingkat elektabilitas, popularitas, dan akseptabilitas.

Tingkat elektabilitas Ganjar sebesar 51,6 persen, jauh di atas nama-nama lainnya.

Adapun nama-nama lainnya adalah mantan Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo dengan tingkat elektabilitas 4 persen, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Jateng Yusuf Khudori (2,9 persen), Bupati Tegal Enthus Susmono.

Sementara itu, Bupati Kudus Musthofa yang telah dideklarasikan kader PDIP Kudus untuk bertarung pada Pilgub Jateng mendatang hanya mengantongi popularitas 1,5 persen.

Dari survei itu, Ganjar bahkan juga menyingkirkan ketenaran dua tokoh nasional yang sengaja turun gunung untuk berlaga pada Pilgub Jateng, yakni mantan Menteri ESDM Sudirman Said yang hanya memperoleh elektabilitas 0,5 persen, serta mantan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Marwan Jafar 0,3 persen.

Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017