Jakarta (ANTARA News)- Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menuduh Arab Saudi sengaja menyandera perdana menteri Saad Hariri dengan harapan memancing  Israel yang menjadi seteru besar gerakan Syiah Lebanon itu untuk melancarkan serangan ke Lebanon.

Pengunduran diri secara mendadak Hariri pada 4 November dari Riyadh itu telah mengagetkan dunia politik Lebanon dan memicu keprihatinan internasional.

AS mengingatkan mengenai ada upaya menjadikan Lebanon sebagai tempat konflik terselubung negara lain, sedangkan PBB menyatakan adalah penting mencegah tidak ada konflik baru muncul di Timur Tengah.

"Kepala pemerintahan Lebanon ditahan di Arab Sausi, dia telah dilarang kembali ke Lebanon (oleh Saudi)," kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi.

Keadaan Hariri sendiri belum jelas benar seperti apa, namun banyak seruan, termasuk dari lawan-lawan politiknya sendiri, agar Saudi menjamin kebebasan bergerak sang perdana menteri.

Perdana menteri berusia 47 tahun itu menyatakan mundur pada 4 November, bertepatan dengan penggerebekan antikorupsi yang dilakukan penguasa kerajaan Saudi.

Hariri yang memegang pula paspor Saudi tak mengungkapkan apakah akan kembali ke Lebanon di mana Presiden Michel Aoun belum menerima resmi pengunduran dirinya. Aoun menegaskan Hariri harus kembali ke Lebanon.

Aoun, yang bersekutu dengan Hizbullah yang menjadi pengkritik utama Saudi, mengungkapkan kekhawatiran atas kondisi Hariri di Saudi. Dia meminta penjelasan dari Saudi, demikian AFP.



Pewarta: Antara
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017