Dumai, Riau (ANTARA News) - Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Kota Dumai menilai banjir rob atau air laut naik ke daratan di sejumlah ruas jalan dan pemukiman dampak dari penurunan permukaan tanah dan penyedotan air bawah tanah.

Kepala Dinas PUPR Dumai Mohammad Syahminan mengatakan, terjadi penurunan tanah karena bangunan milik penduduk dibuat di atas ketinggian tanah dan penuhnya sampah di saluran drainase, baik di pemukiman maupun di ruas jalan umum.

"Permukaan tanah Dumai setiap tahun menurun beberapa sentimeter, ditambah aktivitas penyedotan air bawah tanah dan penyumbatan saluran parit ini membuat air laut melimpah ke daratan," kata Syahminan, Senin.

Menurutnya, banjir rob sejauh ini tidak bisa dielakkan, dan pemerintah hingga kini juga tidak bisa mengatur penyedotan air bawah tanah karena mesti menyediakan dahulu air bersih untuk warga.

Mengatasi banjir akibat air laut melimpah ini, pemerintah daerah mengimbau warga untuk selalu menjaga kebersihan parit dari sampah, dan meningkatkan kondisi infrastruktur drainase di lokasi rawan agar genangan air segera menyusut.

"Saat banjir banyak tumpukan sampah di saluran parit, dan baiknya ini kita angkat agar tidak ada lagi penyumbatan, dan pemerintah berusaha mempercepat penyusutan air dengan memperbaiki drainase," sebutnya.

Kondisi banjir rob menggenangi jalan dan pemukiman di Dumai diakui mulai memprihatinkan karena ketinggian air sudah mencapai lutut orang dewasa di sejumlah titik, dan juga menghambat aktivitas ekonomi warga, berkendara di jalan umum dan pelajar.

Pantauan, banjir air laut ini banyak terjadi di kawasan perkotaan dengan menggenangi rumah dan pertokoan warga, sedangkan bagi pengendara kuatir kendaraan karatan terpaksa mencari jalan lain meski harus berputar.

"Kalau banjir rob datang kita harus berputar mencari jalan kering karena kendaraan bisa karatan kena air laut, terus terang kondisinya menyulitkan dalam aktivitas sehari hari," kata Wadi seorang pekerja swasta, warga Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat.

Pewarta: Abdul Razak
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017