Surabaya (ANTARA News) - Pengamat komunikasi politik asal Universitas Airlangga Surabaya Suko Widodo berpendapat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur 2018 tak dipengaruhi oleh batas kultural maupun wilayah.

"Tidak lagi dibatasi pemilih mataraman, tapal kuda, arek dan sejenisnya. Artinya, calon yang berpeluang menang nantinya bukan karena batas-batas itu," ujarnya di sela panel publik bertema "Pilkada Jatim 2018 di Era Milenial" di Surabaya, Kamis.

Menurut dia, suara signifikan pemilih pada Pilkada mendatang didominasi oleh penguatan teknologi informasi sehingga meski calonnya berasal dari salah satu batas kultural bukan merupakan masalah berarti.

"Kalau calonnya tapal kuda maka bisa sangat besar suaranya di mataraman, di arek atau sebaliknya. Ini karena teknologi informasi sudah sangat menguasai dan siapa yang mampu memanfaatkannya akan berpeluang menang," ucapnya.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair itu menjelaskan, teknologi informasi sudah menembus batas ruang dan waktu, khususnya yang dikuasai oleh sumber daya manusia bertipe milenial.

Selain itu, ia juga menyarankan kepada kandidat untuk tak sekadar memanfaatkan teknologi informasi dengan penggunaan terbatas saja, namun lebih mengedepankan inovasi, salah satu caranya adalah menguasai SDM bertipe milenial yang memiliki banyak pengikut di media sosial.

"Kepiawaian mengelola teknologi informasi yang menentukan kemenangan. Intinya, anak muda jangan disuguhi gambar audio visual tanpa diajak komunikasi. Ingat, interaktif akan menjadi sangat penting dan berpengaruh," katanya.

(T.F014/T007)

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017