Tulungagung (ANTARA News) - Permintaan pisau dapur di sentra pandai besi Desa Kiping, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, meningkat hingga kisaran 50 persen sejak sebulan terakhir atau menjelang Hari Raya Iduladha 1438 H atau Idul Kurban yang jatuh pada Jumat, (1/9).

Martini, salah satu pelaku usaha industri aneka kerajinan alat dapur dan pertanian di Tulungagung, Selasa mengatakan, pedagang besar yang menjadi pelanggannya memesan pasokan pisau dapur lebih banyak dibanding item produk pandai besi yang mereka hasilkan.

"Kalau saya tidak bisa merinci penambahan volume (permintaan) itu, tapi memang beberapa pekan terakhir permintaan pisau lebih banyak dibanding biasanya," kata Martini yang mengaku telah menggeluti usaha pandai besi bersama suaminya Sukijan, sejak 1961.

Selain pisau dapur, industri rumahan milik Martini juga memproduksi beberapa peralatan lain, seperti pisau gergaji untuk memanen padi, golok, sabit hingga cangkul.

Martini mengaku terkadang juga melayani pesanan perangkat rumah tangga, seperti serok, parut, dan alat dapur ringan lainnya.

"Permintaan dari pemesan yang juga pedagang besar langganan kami di Sragen dan Solo biasanya berubah-ubah, tergantung tren kebutuhan rumah tangga saat itu. Bulan ini kebetulan permintaan paling banyak pisau sehingga kami juga menambah volume produksi (pisau)," katanya.

Harga pisau dapur buatan di industri rumahan milik Martini dipatok dengan tarif borongan per unit mulai Rp3.500 hingga Rp7.000.

Untuk pisau kecil ukuran 15 centimeter, misalnya, dipatok Martini dengan harga grosir Rp3.500, sementara untuk jenis pisau yang lebih besar dengan panjang 25 centimeter dan lebar sekitar 5 centimeter ditarif harga grosir Rp7.000.

"Sepekan sekali produk industri kami diambil oleh enam bakul (pedagang besar) dari Solo, Sragen dan sebagian Semarang," katanya.

Tanpa merinci, Martini menyebut rata-rata permintaan setiap bakul berkisar antara 10-15 kardus yang masing-masing berisi sekitar 300 bilah/unit pisau.

Senada, peningkatan pesanan pisau dapur juga dialami perajin peralatan dapur dan alat pertanian lain, Mujianto yang juga beralamat di Desa Kiping.

Ia mengaku peningkatan berfluktuasi mulai 10-25 persen. "Pada hari biasa produksi pisau dapur sekitar 30 kodi, namun sebulan terakhir bisa mencapai 40 kodi setiap harinya," kata Mujianto.

Pisau dapur di rumah industri milik keluarga Mujianto dilakukan secara tradisional, yakni ditempa dengan teknik pandai besi menggunakan bara api lalu ditempa hingga pipih di salah satu sisi plat baja yang menjadi bahan baku pisau.

Setelah membentuk barang setengah jadi, produk pisau disempurnakan dengan cara digerinda hingga mendapat ketajaman yang halus lalu dipasang gagang dan pemolesan.

"Pisau dapur dan peralatan dapur ataupun pertanian hasil produksi kami ini dipesan oleh pedagang dari berbagai daerah di Jawa maupun luar Jawa, seperti Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera," kata Mujianto.

Kedua pelaku usaha pandai besi ini tidak secara langsung menyatakan peningkatan pesanan pisau dapur merupakan dampak jelang Iduladha, namun hanya mengikuti dinamika (permintaan) pasar.

(T.KR-DHS/M026))

Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017