Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerang ketua mayoritas Senat Mitch McConnell yang berasal dari partainya sendiri, Partai Republik. Serangan ini melukiskan keputusasaannya atas kegagalan Republik menggolkan RUU pengganti Obamacare.

Serangan Trump kepada McConnell di Twitter ini dilancarkan sebagai tanggapan atas pernyataan McConnell bahwa Trump menaruh ekspektasi berlebihan kepada Kongres dalam masalah UU Kesehatan, tetapi saat bersamaan tidak tahu bahwa proses panjang dalam meloloskan RUU yang rumit.

"Senator Mitch McConnell menyebut saya punya 'ekspektasi berlebihan', saya kira tidak begitu. Setelah tujuh tahun mendengarkan Cabut & Ganti, mengapa tidak berjalan?" cuit Trump, Rabu waktu setempat, dari Bedminster, New Jersey, di mana dia tengah berliburan.

Trump mempertajam kritiknya Kamis waktu AS dengan terang-terangan menyalahkan McConnell atas kegagalan Kongres meloloskan mimpi  lama Partai Republik itu yang juga menjadi janji kampanye Trump: mencabut UU Affordable Care yang ditandatangani Barack Obama pada 2010.

"Bisakah Anda percaya Mitch McConnell, yang berteriak-teriak Cabut & Ganti selama tujuh tahun, tak bisa mewujudkan itu.  Mesti Cabut & Ganti ObamaCare!" cuit Trump.

Trump mendesak McConnell bekerja cepat merealisasikan janji-janjinya. "Mitch, kembalilah bekerja dan bawa RUU Cabut & Ganti, Reformasi dan Pemangkasan Pajak Tax  dan Infrastruktur di meja saya untuk ditandatangani. Anda bisa!"

Trump mengkritik sejawatnya di Partai Republik tidak bisa meloloskan RUU Kesehatan menjadi undang-undang, namun sejawat-sejawatnya balik mengkritik Trump karena tidak ikut bekerja meloloskan RUU itu.

Politisi Republik Doug Heye bahkan membandingkan Trump dengan Obama yang selama satu tahun terlibat langsung dalam usaha meloloskan Obamacare, dengan menyampaikan berbagai pidato dan menggelar berbagai pertemuan. "Tingkat upaya seperti itu tidak terjadi pada Trump", kata Heye, yang adalah wakil kepala staf untuk mantan Ketua Mayoritas DPR Eric Cantor.

Heye mengkritik cuitan-cuitan Twitter telah mempersulit upaya Republik menggolkan berbagai inisiatif RUU, termasuk reformasi pajak.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017