Jakarta (ANTARA News) - Seluruh warga negara Indonesia harus bisa menanamkan kembali sikap kreatif, kontruktif, dan berpikiran positif untuk bersama-sama membangun dan mengisi kemerdekaan, kata cendekiawan Muslim Siti Musdah Mulia.

"Karena dengan berpikir positif, kreatif, dan konstruktif berarti kita memiliki pemikiran yang dapat melihat ke depan untuk kemajuan bangsa," kata Musdah di Jakarta, Selasa.

Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah ini mengatakan kemerdekaan harus dimaknai sebagai kemerdekaan diri dari semua belenggu pemikiran yang picik, destruktif, negatif ataupun pikiran-pikiran yang ingin menghancurkan.

"Sebagai masyarakat kita harus berani untuk mengoreksi diri kita sendiri, apakah kita ini masih ingin memiliki pikiran-pikiran yang destruktif," kata dia.

Selama ini, kata dia, masih ada segelintir masyarakat yang memandang negara dan pemerintah Indonesia sebagai thagut yang harus dimusuhi bahkan diperangi.

"Kalau punya pemikiran yang jahat seperti itu maka akan susah menjadi warga negara yang baik. Pemikiran seperti itu tentunya bertentangan dengan ajaran agama mana pun," ujar Sekretaris Jenderal Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) ini.

Dalam mengisi kemerdekaan, kata Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender ( LKAJ) ini, semua warga negara dituntut untuk aktif, dinamis, dan partisipatif.

"Kita juga tidak boleh membiarkan pemerintah bekerja sendiri. Sebagai masyarakat sipil dan sebagai warga negara kita wajib hukumnya untuk menjaga, membela, dan membangun negara," ujarnya.

Namun, lanjut dia, bukan berarti warga negara harus diam dan membiarkan ketika pemerintah berbuat salah. Manakala pemerintah melakukan perbuatan menyimpang maka warga negara harus ikut terlibat untuk meluruskan kebijakan-kebijakan yang tidak benar.

"Ini agar semuanya dapat berjalan dengan baik, tidak ada pemerintah yang tidak salah. Namun, semuanya itu harus dimulai dari pemikiran positif terlebih dahulu dari masyarakatnya," kata Musdah .

Terkait dengan perayaan hari kemerdekaan, Musdah menyatakan hal itu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan juga terima kasih kepada para pendiri bangsa.

"Meski selama 72 tahun tidak semuanya menyenangkan karena banyak hal-hal yang perlu kita perbaiki, tetapi sebagai umat beragama rasa syukur itu harus kita ungkapkan," ujarnya.

Menurut dia rasa syukur kepada Tuhan dan terima kasih kepada pendiri bangsa juga harus diwujudkan dengan membangun bangsa ini untuk kemajuan bersama.

"Tentunya kita harus bisa bergandeng satu sama lain untuk sama-sama bekerja dengan melihat keberagaman, pluralisme yang ada di bangsa Indonesia ini," kata dia.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017