Moskow (ANTARA News) - Kremlin memerintahkan Amerika Serikat untuk mengurangi sampai 60 persen staf diplomatik di Rusia, sebagai balasan atas sanksi baru dari Washington.

Perintah yang dikeluarkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin itu ditujukan untuk menunjukkan kepada warga dalam negeri bahwa dia siap untuk berseberangan dengan Washington. Namun di sisi lain, kebijakan itu juga didesain secara hati-hati untuk tidak merusak hubungan baik dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Putin pada Minggu mengatakan bahwa Rusia memerintahkan Amerika Serikat untuk mengurangi sebanyak 755 dari 1.200 staf kedutaan dan konsulat sampai September tahun ini. Mereka juga menyita dua bangunan diplomatik.

Namun di sisi lain, Amerika Serikat masih berhak untuk memilih siapa yang akan diberhentikan pada posisinya, sehingga diperkirakan banyak staf lokal warga Rusia yang akan lebih banyak kehilangan pekerjaan dibanding diplomat kiriman Washington.

Sebelumnya, Kongres Amerika Serikat menjatuhkan sejumlah sanksi baru terhadap Rusia karena dianggap turut campur terhadap proses pemilihan presiden tahun 2016 dan menghukum negara tersebut atas aneksasi Krimea dari Ukraina pada 2014.

Gedung Putih pada Jumat mengatakan bahwa Trump akan menandatangani sanksi tersebut.

Di depan para tentara di Estonia, Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence menyebut kebijakan terbaru Rusia sebagai langkah "drastis." Dia berjanji Washington akan terus menjatuhkan sanksi sampai Moskow berhenti "mengganggu kestabilan Ukraina dan tempat lainnya."

Trump sendiri tidak berkomentar mengenai perintah Rusia itu.

"Saat ini, kami tengah mempertimbangkan semua pilihan kebijakan," kata juru bicara Trump, Sarah Sanders, kepada para wartawan.

Semua staf di Kedutaan Amerika Serikat di Moskow dikumpulkan untuk bertemu dengan Duta Besar John F. Tefft yang mengumumkan keputusan pemerintah Rusia.

"Suasana pertemuan itu mirip dengan suasana penguburan mayat," kata seorang sumber.



Hukuman untuk Kongres, bukan Trump

Dengan memaksa Amerika Serikat untuk mengurangi skala diplomatik mereka, Putin menegaskan kembali reputasinya di dalam negeri sebagai pembela kepentingan Rusia--terutama menjelang pemilihan umum presiden tahun depan.

Putin pada Ahad mengatakan bahwa dia tidak melihat tanda-tanda hubungan yang lebih baik dengan Amerika Serikat, dan menahan diri untuk melakukan langkah lebih jauh.

Namun demikian, konsekuensi dari balasan Rusia itu tidak akan merusak hubungan baik antara Putin dengan Trump, kata Alexander Baunov, peneliti senior di lembaga Moscow Carnegie Center.

"Putin mengirim pesan bahwa dia menghukum Kongres Amerika Serikat, bukan Trump (dengan menjatuhkan sanksi sebelum Trump memberikan tanda tangan atas keputusan Kongres)," kata Baunov.

Rusia juga tidak mengganggu investasi Amerika Serikat dalam kebijakan baru itu. Beberapa perusahaan besar asal Amerika Serikat seperti Ford, Citi dan Boeing tengah telah menanam modal yang dibutuhkan Kremlin untuk membantu perekonomian yang masih lesu.



Suasana di Kedutaan

Para pegawai kedutaan di Moskow pada Senin menunggu dengan resah untuk mengetahui apakah mereka masih mempunyai pekerjaan. Tefft menyebut langkah Rusia tidak adil.

Dia mengatakan bahwa staf Rusia yang diberhentikan bisa mengajukan visa imigrasi khusus ke Amerika Serikat.

"Orang-orang bertanya apa yang akan dilakukan staf lokal saat ini, mengingat banyak warga Rusia yang bekerja di kedutaan tidak bisa lagi menemukan pekerjaan di perusahaan Rusia," kata seorang sumber yang hadir dalam pertemuan dengan Tefft.

Selain memerintahkan pengurangan staf, Rusia juga akan menyita sebuah gudang milik Amerika Serikat di selatan Moskow dan sebuah villa pedesaan yang sering digunakan pada akhir pekan, demikian Reuters.

(Uu.G005)

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017