Pangkalan Bun (ANTARA News) - Transmigran di Kumai Seberang, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng, mulai merancang teknologi sumber energi alternatif mikrohidro yang akan meningkatkan pelayanan energi bagi 275 kk transmigran yang selama ini mendapat pasokan dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

"Kapasitas PLTS hanya 25 kilovolt ampere tadi hanya cukup penerangan rumah dan jalan, sehingga kami punya tekad untuk membangun mikrohidro berkapasitas 100 kilovolt," kata Sekretaria Kelompok PLTS UPT Kumai Seberang Juwadi di Kumai Seberang, Rabu.

Juwadi menjelaskan, saat ini PLTS yang dipasang sejak 2013 itu melayani 230 rumah dan setiap rumah diberikan daya 220 watt sampai 600 watt tergantung kemampuan mereka membayar iuran bulanan.

Menurut transmigran asal Pati, Jawa Tengah itu, daya yang tersalurkan sangat terbatas untuk mendukung usaha lain di rumah, sehingga mereka sepakat merancang mikrohidro yang memanfaatkan aliran Sungai Sekonyir.

Selain itu, mereka sadar usia aki di PLTS hanya maksimal 15 tahun tergantung perawatan.

"Terbukti, saat ini dari 168 aki untuk penyimpanan daya, sudah ada enam unit yang bocor, walau masih mampu menyimpan daya listrik," katanya.


Harganya mahal

Ia mengungkapkan, harga satu unit aki itu cukup mahal yaitu Rp5 juta per unit sehingga perlu terobosan lain agar pemukiman mereka tetap berswasbada energi.

Pembangunan mikrohidro hanya terkendala dana karena kas dari Unit PLTS mereka hanya Rp50 juta, sementara kebutuhan biaya pembangunan mikrohidro itu sekitar Rp250 juta.

"Kami sudah menyampaikan aspirasi ke DPRD Kotawaringin Barat melalui anggota Dewan H Zubir, mudah-mudahan bisa diperhatikan," katanya.

Beberapa teknisi PLTS juga siap menimba ilmu rancang bangun mikrohidro lebih detil ke ITB Bandung atau daerah lain yang punya teknologi terbaru bidang mikrohidro.

Beberapa transmigran juga menyambut baik rencana itu karena ada transmigran yang sudah punya usaha terkendala pasokan listrik.

Saeful Anwar (23), anak dari almarhum Zaenal Arifin, transmigran teladan nasional tahun 2012 mengaku sudah mempunyai usaha tiket online di lokasi transmigrasi, tetapi terkendala listrik saat ada pesanan tiket.

"Tak bisa nyalakan komputer, kalau daya listrik PLTS habis," kata pemuda lulusan Universitas Muhammadiyah Cilacap itu.

Transmigran lain juga mempunyai keinginan membangun industri kecil makanan ringan dari hasil kebun mereka.

Permukiman Transmigrasi Kumai Seberang mulai penempatan transmigran dari 2008 sampai dengan tahun 2010 dengan total penempatan 275 kepala keluarga terdiri atas 50 persen transmigran lokal dan 50 persen lainnya berasal dari Pulau Jawa.

Transmigran nonlokal antara lain berasal dari Bekasi, Bandung Barat, Pati, Blora, dan Cilacap. ***1***

Pewarta: Budi Santoso
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017