Kabul (ANTARA News) - Ledakan bom mobil kuat mengguncang daerah diplomatik di bagian tengah Ibu Kota Afghanistan, Kabul, Rabu pagi, menimbulkan korban dan kerusakan menurut beberapa sumber dan saksi mata.

"Ledakan terjadi sekitar pukul 08.25 (waktu setempat) di 17th Street Permukiman Wazir Akbar Khan. Ledakan sangat kuat yang membuat puluhan orang tewas dan melukai banyak orang serta merusak puluhan kendaraan yang sedang melaju serta bangunan di dekat lokasi ledakan," kata saksi mata Ahmad Fahim kepada kantor berita Xinhua.

Sebanyak 60 orang yang cedera dibawa ke rumah sakit yang berdekatan setelah ledakan menurut siaran stasiun televisi Tolo News yang mengutip beberapa pejabat kesehatan.

Stasiun televisi lokal memperlihatkan mobil-mobil dan bangunan-bangunan yang rusak di lokasi ledakan.

"Di antara gedung kantor lain yang berada di daerah tersebut adalah Kantor Dinas Intelijen, satu stasiun TV lokal, satu perusahaan telepon serta gedung Kedutaan Besar Jerman," kata saksi mata.

Asap kelabu membubung dari lokasi kejadian.  Pasukan keamanan telah menutup daerah tersebut. Beberapa tembakan peringatan juga dilepaskan oleh personel pasukan keamanan.

Belum ada pihak yang mengaku bertanggung-jawab atas ledakan itu. Seorang juru bicara Taliban mengatakan ia sedang mengumpulkan keterangan.

Kekerasan di seluruh Afghanistan meningkat sepanjang tahun ini, saat Taliban berusaha keras mengalahkan pemerintah dukungan Amerika Serikat dan memberlakukan kembali Hukum Syari'ah setelah mereka digulingkan pada 2001 dalam serangan dukungan Washington.

Sejak sebagian besar tentara internasional ditarik pada penghujung 2014, Taliban telah mendapat keuntungan dan sekarang menguasai atau memperebutkan 40 persen wilayah negeri tersebut menurut perkiraan Amerika Serikat, meskipun Pemerintah Presiden Ashraf Ghani menguasai semua pusat provinsi.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan memutuskan dalam waktu dekat saran untuk mengirim 3.000 sampai 5.000 prajurit tambahan guna meningkatkan pasukan kecil pelatih NATO dan misi kontra-terorisme AS --yang kini jumlahnya total lebih dari 10.000 personel.

Komandan pasukan AS di Afghanistan, Jenderal John Nicholson, mengatakan dalam satu dengar pendapat Kongres pada awal tahun ini bahwa ia memerlukan beberapa ribu personel lagi guna membantu pasukan Afghanistan memecah "kebuntuan" dengan Taliban, demikian menurut warta kantor berita Reuters. (Uu.C003)


Baca juga: (Ledakan dan baku tembak guncang Kabul)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017