Kampala (ANTARA News) - Pemerintah Uganda pada Selasa (28/2) mengumumkan serangan wabah ulat perusak tanaman di bagian timur negeri tersebut.

Menteri Pertanian Uganda Vincent Ssempijja, saat berbicara dalam acara peluncuran laporan kondisi keamanan pangan di negeri tersebut mendesak petani agar tetap tenang sementara berbagai langkah sedang dicari untuk memerangi ulat itu.

"Kami telah cukup siap dan tim kami telah dikerahkan untuk menilai wabah tersebut dan memastikan tindakan pengendalian yang diperlukan," kata Ssempijja.

Menurut harian milik negara New Vision, ulat yang tidak diketahui galurnya telah diidentifikasi di sedikitnya 20 distrik yang diketahui sebagai daerah penghasil jagung.

Banyak ilmuwan, kata surat kabar itu --sebagaimana dikutip Xinhua, -- melakukan penelitian mengenai galur ulat tersebut apakah sama dengan fall armyworm (sejenis ulat grayak) yang telah memporak-porandakan pertanian di setidaknya delapan negara Afrika.

Nama armyworm diambil dari kebiasaan hewan tersebut berbaris dalam jumlah banyak seperti tentara, saat hewan itu mencari makanan. Hama itu memakan daun dan pucuk, dan hanya meninggalkan tangkai rapuh dan endapan berwarna coklat saat ulat itu berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain.

Fall armyworm menyerang pertanian Uganda saat negeri itu menderita dampak kekeringan panjang yang mengakibatkan gagal panen serta menyulut krisis pangan.

Banyak ahli memperingatkan jika tak ada tindakan dalam waktu dekat, ulat tersebut bisa menambah parah krisis pangan.

Fall armyworm adalah hama yang relatif baru dari Amerika, yang kemunculannya di Benua Afrika pertama kali dilaporkan di Sao Tome dan Principe sekitar Januari 2016, kata Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).

Lembaga dunia itu mengatakan hama tersebut diketahui mengakibatkan kerusakan besar tanaman sampai 73 persen tergantung atas kondisi yang ada dan sulit dikendalikan dengan satu jenis pestisida saja, terutama ketika hama itu telah mencapai tahap pengembangan tempayak.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017